۩۞۩ سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩۞۩
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh..
|
Belakangan ini, saya banyak menemukan orang-orang yang suka berbicara asal. Kata-kata yang mereka lontarkan seringkali tidak mereka pikirkan terlebih dahulu. Karena tidak pandainya memilih kata dan kalimat yang baik sehingga yang keluar adalah kalimat yang menyakitkan sehingga membuat orang tersinggung.
Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas topik akan pentingnya menjaga perasaan orang lain. Mungkin sebagian orang seringkali merasa sakit hati akan perkataan-perkataan yang menyebalkan. Dan sebagian orang lagi memilih untuk bersikap acuh. Tetapi, alangkah baiknya apabila kita menjadi orang yang baik dan memikirkan perasaan orang lain terlebih dahulu.
MENGAPA PERLU MEMBIASAKAN DIRI UNTUK MENGHARGAI PERASAAN ORANG LAIN?
Setiap hari kita bertemu dan berhubungan dengan orang-orang yang mempunyai kekurangan dan keterbatasan. Baik mereka yang memiliki keterbatasan secara fisik, memiliki status sosial yang rendah, atau kekurangan2 yang lain seperti merasa kurang cantik, kurang pintar, kurang menonjol, dan bermacam-macam orang dengan berbagai karakter. Pada saat itulah kita perlu belajar bagaimana kita menghargai perasaan orang lain dam membuatnya merasa nyaman dengan segala keterbatasan, kekurangan, dan keberadaannya tersebut.
Menghargai perasaan orang lain mungkin hal yang sederhana tapi bisa mengakibatkan hal yang sangat positif bagi orang yang menerimanya. Apabila kita tidak membiasakan diri untuk menghargai perasaan orang lain, kemungkinan besar akhlak yang kita lakukan akan terbalas di kemudian hari. Sebagaimana contoh dari kehidupan sehari-hari perilaku yang kurang menghargai perasaan orang lain yaitu tertawa bila teman kita merasa kesusahan, ataupun kasus-kasus bullying di kalangan-kalangan tertentu. Coba renungkan, tahukah kalian jika orang yang kelihatannya begitu tegar hatinya sebenarnya merupakan orang yang sangat lemah dan sangat membutuhkan pertolongan? Tahukah kalian jika orang yang menghabiskan waktunya untuk melindungi orang lain justru adalah orang yang sangat butuh seseorang untuk melindunginya?
Sebagaimana kita tahu dalam Al-Quran,
“Barangsiapa yang mengerjakan
kebaikan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang
siapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula.”(QS: Al-Zalzalah 7-8).
|
Yang berarti apapun yang kita lakukan, pasti akan balasannya akan sesuai perlakuan kita. Seringkali kita tertawa tanpa mengetahui bagaimana perasaan orang yang sedang kita tertawakan. Jika dianalogikan, kita yang sedang tertawa merupakan golongan orang yang berada di atas. Sedangkan orang yang kita tertawakan merupakan golongan orang yang berada di bawah. Saya menganalogikan seperti ini karena orang yang berada di atas tidak selalu 'di atas' secara materi, tetapi juga kadar perasaan yang sedang dirasakannya. Begitu juga analogi tentang perasaan orang yang ditertawakan, berada di bawah sesuai dengan kondisi perasaan yang sedang dirasakannya.
Sekarang seperti ini, hubungan 'analogi yang saya berikan' dengan 'setiap perbuatan kita lakukan akan mendapat balasan' adalah apabila sekarang kita sedang 'di atas' tanpa memikirkan perasaan-perasaan orang yang berada 'di bawah', maka kita termasuk golongan orang-orang yang egois. Sebagian orang menyadari bahwa setiap orang memiliki masalahnya sendiri-sendiri. Sementara sebagian orang lainnya tidak menyadari bahwa setiap orang memiliki masalahnya sendiri-sendiri.
Orang yang menyadari bahwa setiap orang memiliki jalan kehidupannya sendiri akan terbiasa menyebarkan naluri penalaran akan perasaan orang-orang di sekitarnya dan belajar untuk menghargainya. Berbeda dengan orang yang tidak mau tahu, orang itu akan tumbuh sebagai orang-orang yang selalu menyesal. Karena tidak membiasakan diri untuk sesekali merasakan apabila mereka sedang 'di bawah'. Padahal kita tahu bahwa orang yang sekarang 'di atas' tidaklah selalu di atas, kemungkinan besar suatu saat Tuhan merubah takdir mereka menjadi orang yang 'di bawah'. Dengan kata lain, orang yang sekarang tertawa pasti suatu saat akan ditertawakan. Apabila mereka tertawa tanpa belajar bagaimana rasanya menjadi orang yang ditertawakan, maka kedepannya apabila suatu saat mereka ditertawakan, mereka akan sulit dan tak terbiasa merasakan bagaimana rasanya ditertawakan.
Menjaga perasaan orang lain adalah seni tersendiri yang harus dipuyai dalam menikmati kehidupan ini. Tidak bisa dipungkiri dalam proses interaksi kita dengan orang lain termungkinkan terdapat hal-hal yang tiada kita sukai. Jangan sampai kita terpedaya oleh godaan nafsu yang cenderung menginginkan kita mengambil sikap balas menyakiti. Kita dianjurkan bersabar, menjaga lisan, dan menampilkan akhlak mulia.
Rasulullah bersabada,
“Barangsiapa menjaga
dari kejahatan qabqabnya, dzabdzabnya, dan laglagnya, niscaya ia akan terjaga
dari kejahatan seluruhnya.”(HR. Ad Dailami).
|
Yang dimaksud qabqab
adalah perut, Dzaabdzab adalah kemaluan, dan Laqlaq adalah lidah.
|
Maka tampaknya adalah menjadi wajib bagi siapapun yang ingin membersihkan hatinya, mengangkat derajatnya dalam pandangan Allah Ajjaa Wa Jallaa, ingin hidup lebih ringan terhindar dari bala bencana, untuk bersungguh-sungguh menjaga lisannya. Aktivitas berbicara bukanlah perkara panjang atau pendeknya, tapi berbicara adalah perkara yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya.
LALU, BAGAIMANA CARA KITA MENGHARGAI PERASAAN ORANG LAIN?
Dalam ukhuwah islamiyah kita diajarkan untuk saling menjaga perasaan. Adapun kiat untuk menjaga perasaan orang lain dalam pergaulan itu diantaranya adalah:
1. Adamus Sukriyah (Tidak Mengolok-olok)
Menghargai orang lain berarti tidak merendahkan derajatnya di depan umum. Menghina atau mengejek orang lain dapat membuat ia sakit hati. Hindari menggunakan kata-kata yang menyakiti perasaan orang lain.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran,
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki- laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.
Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi
yang direndahkan itu lebih baik.” (QS: Al-Hujurat:11)
|
2. Husnudzon (Berbaik Sangka)
Menjadi orang yang berbaik sangka adalah salah satu sikap untuk memelihara ukhuwah, bila sikap buruk sangka yang tertanam dalam hati maka akan mencurigai sesama.
Sebagaimana tertulis dalam firman Allah,
“Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
karena sebagian dari purba-sangkaan itu dosa.” (QS: Al-Hujurat 49:12)
|
3. Adamut Tajasus (Tidak Mencari Kesalahan)
Kita punya lima jari pada tangan, dikala kita menunjuk orang dengan satu telunjuk maka empat jari berikutnya menunjuk diri kita sendiri, demikian sebuah ungkapan yang disampaikan agar kita tidak mudah menunjuk kesalahan orang lain.
4. Ijtinalul Ghibah (Meninggalkan Gunjingan)
Apa yang dikatakan seseorang tentang orang lain tanpa bukti merupakan menggunjing. Alangkah baiknya kita menghindari sesuatu yang menjebak kita. Menjebak kita dalam lingkaran hitam. Janganlah kita terperangkap untuk menilai orang lain negatif tanpa satupun bukti nyata. Ingatlah keburukan diri sendiri dan berintrospeksilah sebelum mengemukakan kejelekan orang lain.
5. Bersikap Ramah dan Adil
Bersikaplah ramah&adil pada semua orang tanpa terkecuali. Tanpa mendeskriminasi asal, karakter, latar belakang, dll. Ingat, negara kita bersemboyan 'Bhinneka Tunggal Ika' berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
6. Jangan Memaksa Orang Lain
Menghargai orang lain adalah menghormati hak asasinya. Hindari memaksa atau melakukan intimidasi terhadap orang lain agar melakukan sesuatu yang diluar wewenang Anda.
7. Sensitif Terhadap Perasaan Orang Lain
Adakalanya pembicaraan atau perbuatan anda dapat menyinggung perasaan orang lain meskipun anda tidak bermaksud demikian. Berlaku sensitif terhadap perasan orang lain menghindarkan anda untuk membicarakan atau berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan bagi orang lain.
Dari situ, Anda dapat pelajaran tentang pentingnya mengahargai, menghormati orang lain meski dia memiliki kekurangan. Bukankah bila kita menghormati orang lain niscaya kita juga akan dihormati juga? Lagipula tak ada ruginya bila kita menebarkan sedikit kebaikan dengan cara menghargai, menghormati persaan orang lain, agar tak ada benih benih kebencian di benak dan lingkungan tempat tinggal kita.
Testimoni:
v
“Alasanku
buat menjaga perasaan orang lain itu cuma ga mau cari masalah. Lebih baik
diam dan ga ikut campur masalah orang lain. Toh kita juga gatau kan masalah
orang lain itu seperti apa. I’d rather sit there quit and choose not to ‘have
a finger in a pie’. Kalau misal orang itu butuh bantuan, ya aku akan berusaha
untuk menghibur & bikin dia tenang… kalau orangnya percaya ke aku, sih.”
v
“Gamau,
ah! Entar yang ada malah jadi boomerang buat kita yang menghargai perasaan
orang lain, lagi! Ntar kebaikan kita malah dimanfaatkan! Kan ga mau!”
Nah, jika Anda mau memilih… Pasti Anda akan lebih
memilih Testimony 1. Berarti Anda termasuk golongan orang-orang yang mau
mengerti perasaan orang lain. Menebarkan
kebaikan itu pasti ada balasannya, kok. Serahkan semua kepada Allah. Semua kebaikan
yang kita lakukan tentu atas ijin-Nya. Insha Allah kebaikan kita bermanfaat
bagi semua orang. Soal orang lain yang ga menghargai perasaan kita, ya kita
harus tetap berbuat baik ke orang itu. Yang penting, kita sudah menebar
kebaikan. Sifat mereka ya sifat mereka sendiri. J
J
J
|
Semoga bermanfaat. Jangan lupa untuk selalu menjaga kebaikan pada semua orang, ya! J
Wasalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh ..