Senin, 20 Oktober 2014

Surat Terbuka untuk Presiden Joko Widodo: Pentingnya Pembangunan Karakter dengan Revolusi Mental





Yth. Bapak Presiden Indonesia Periode 2014-2019,
Joko Widodo
di Jakarta

Assalamu’alaikum  wa rahmatullahi wa barakatuh

Pertama, saya, Annisa Miftakhul Janna (17tahun) mengucapkan selamat atas terlantiknya Bapak Jokowi sebagai Presiden RI periode 2014-2019. Semoga Bapak senantiasa diberi kesehatan, kemudahan, dan perlindungan oleh-Nya untuk membawa Indonesia menjadi negara merdeka dari luar dan dari dalam. Yaitu negara yang tidak hanya merdeka atas status negerinya, tetapi juga negara yang adil, jujur, makmur, dan sejahtera atas lindungan-Nya. Aamiin.

“Revolusi belum selesai!”

Kedua, bapak Presiden yang terhormat, cuplikan kalimat pak Karno tersebut mungkin terkesan klise bagi sebagian orang. Untaian tiga kata dari kalimat tersebut mungkin hanya dipandang sebelah mata oleh sebagian orang yang hidup  pada era demokrasi sekarang ini. Walau demikian, saya tahu bahwa cuplikan tersebut mengandung berjuta pesan tersirat yang mungkin harus diperhatikan oleh saya dan puluhan ribu juta rakyat Indonesia. Bapak, saya sangat setuju dengan pendapat pak Karno bila revolusi belum selesai. Mengapa? Karena menurut saya, untuk menciptakan bangsa yang besar diperlukan tidak hanya sebatas revolusi-revolusi untuk cara pemerintahannya saja, tetapi juga diperlukan revolusi dalam diri yang harus dilakukan ‘setiap hari’. Dengan demikian, revolution has no age.
 
Ketiga, mengapa saya membuat surat terbuka untuk Bapak? Bapak Joko Widodo, saya membuat surat terbuka karena saya tertarik dengan salah satu misi Bapak, Revolusi Mental. Saya sangat tertarik dengan misi bapak yang satu itu karena sejalan dengan misi saya yang saya sebut ‘revolusi diri’. Saya menjalankan revolusi diri setiap hari karena saya ingin menjadi orang yang memiliki kepribadian yang prima, yaitu: kokoh secara spiritual, dewasa secara emosional, luas secara intelektual, serta kuat dan cerdas secara operasional. Dengan catatan, selalu berpegang teguh pada kuasa-Nya dan senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi.
Sebagai warga negara yang memiliki semangat juang abadi, saya tentu harus ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan misi tersebut. Perlu adanya pengorbanan secara disiplin-terus-menerus dalam diri untuk memulai dan melaksanakan. Saya bukanlah ketua umum OSIS terpilih yang bisa menggerakkan massa untuk mendukung misi Bapak. Tetapi saya memiliki evaluasi tersendiri untuk melatih aspek-aspek kepemimpinan dalam diri saya. Saya membuat revolusi diri dan saya juga melaksanakannya setiap hari. Alhamdulillah, dengan adanya misi yang berlaku setiap hari tersebut dapat membuat saya terbiasa dan perlahan-lahan mengubah pola pikir saya. Mungkin, apabila orang disekitar saya telah sadar akan tingkah laku saya, mereka akan termotivasi dan akhirnya mereka melakukan revolusi diri pada diri mereka. Setiap orang pasti ingin sukses. Apabila ingin sukses, maka diperlukan kepribadian yang terampil. Dan apabila mereka ingin menjadi orang dengan kepribadian terampil, maka mereka akan termotivasi untuk segera melaksanakan revolusi diri. Begitulah saya menyebarkan nilai-nilai tersirat yang patut dilaksanakan, dengan sikap. Sebab apabila hanya diucapkan dengan kata-kata, saya hanya sebatas ‘pembual’ di pikiran mereka. Saya biarkan mereka melihat, saya biarkan mereka perlahan mengubah mindset, dan kemudian saya biarkan mereka merubah diri dan masa depan.

Keempat, saya selalu ingat kata mutiara dari pak Karno, “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit. Bangunlah mimpi setinggi langit. Sehingga apabila kau jatuh, kau akan jatuh di antara bintang-bintang.” Sebagai orang yang mempunyai mimpi, saya selalu berpegang teguh pada kata-kata beliau, Pak. Menurut saya, beliau merupakan sosok sejarah bangsa yang berbudi luhur. Saya pribadi bangga memiliki sosok bangsa bersejarah yang tulus mengabdi untuk negeri tercinta.
Seperti yang saya katakan sebelumnya, setiap orang pasti ingin sukses. Dan apabila ingin sukses, maka mereka akan merevolusi diri mereka agar berkepribadian yang terampil. Dalam melaksanakan Revolusi Mental, Bapak terinspirasi akan konsep Trisakti yang pernah diutarakan pak Karno dalam pidatonya tahun 1963 dengan tiga pilarnya, ”Indonesia yang berdaulat secara politik”, ”Indonesia yang mandiri secara ekonomi”, dan ”Indonesia yang berkepribadian secara sosial-budaya”.
Sebagai orang yang taat pada demokrasi dan sebagai orang yang cinta negeri, tiada alasan bagi saya untuk tidak berpartisipasi dalam misi Bapak. Bapak telah dipilih oleh rakyat. Ada yang mengatakan bahwa suara rakyat merupakan suara Tuhan. Maka sebagai rakyat, saya juga harus berpartisipasi penuh dalam kesuksesan visi dan misi Bapak untuk Indonesia. Mengingat kata demokrasi, jangan lupa, Pak. Bertanggung jawab kepada rakyat merupakan hal utama. Negara memiliki rakyat, Pak. Tiada rakyat, tiada pula negara. Menurut saya, maka semestinya pemilihan calon pemimpin yang terbaik dengan cara dipilih oleh rakyat secara langsung. Agar mindset calon pemimpin hanya mengingat tanggung jawab kepada rakyat. Secara tidak langsung, mindset tersebut mengantarkan pemimpin untuk selalu memperhatikan rakyatnya.

Akhir kata, semoga bapak Joko Widodo termasuk dalam deretan “pemimpin yang adil” sehingga dapat menuntaskan sistem yang telah Bapak susun sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya, sehingga nanti berhak mendapatkan perlindungan dari Allah Subhanahu Wata’ala di hari akhir. Saya berjuang, Bapak berjuang, semua berjuang karena untuk menuju Indonesia sukses maka harus memiliki arah dan satu tujuan sama yang diraih bersama-sama. Bismillahirrahmanirrahim untuk Indonesia jaya!

Atas perhatian Bapak, saya mengucapkan terima kasih.


Surabaya, 20 Oktober 2014

Annisa Miftakhul Janna




Senin, 06 Oktober 2014

Senja dalam Elegi

Tugas Bahasa Indonesia : Menulis Puisi



Senja dalam Elegi
Annisa Miftakhul Janna

Di ujung lembayung bermahkota jingga
Ku menatap megahnya langit yang tak bersuara
Hanya sebentar saja ku menatap langit
Namun ku tlah terjebak dalam gugusan awan jingga
Terlukis jelas bayangan samar
Tak seindah nyanyian camar
                        Awan mencapai titik jenuhnya
                        Cakrawala jingga mengiringi kepergiannya
                        Angin lirih…. Semerbah lirih…
Setitik air jatuh perlahan
Membiaskan kehampaan
Mengaliri sungai kehidupan
Dan berhenti di persimpangan
                        Bayangan semu
Melodi pilu
                        Mengharu biru
Segumpal rindu tak terdengar
Melayang di atas puing-puing keangkuhan yang menggelegar
Melayang…. Terbang…. dan menghilang…
Dunia telah didatangi langit tak berbintang