Yth. Bapak
Presiden Indonesia Periode 2014-2019,
Joko Widodo
di Jakarta
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Pertama, saya, Annisa Miftakhul Janna
(17tahun) mengucapkan selamat atas terlantiknya Bapak Jokowi sebagai Presiden
RI periode 2014-2019. Semoga Bapak senantiasa diberi kesehatan, kemudahan, dan
perlindungan oleh-Nya untuk membawa Indonesia menjadi negara merdeka dari luar
dan dari dalam. Yaitu negara yang tidak hanya merdeka atas status negerinya,
tetapi juga negara yang adil, jujur, makmur, dan sejahtera atas lindungan-Nya.
Aamiin.
“Revolusi
belum selesai!”
Kedua,
bapak Presiden yang terhormat, cuplikan kalimat pak Karno tersebut mungkin
terkesan klise bagi sebagian orang. Untaian tiga kata dari kalimat tersebut
mungkin hanya dipandang sebelah mata oleh sebagian orang yang hidup pada era demokrasi sekarang ini. Walau
demikian, saya tahu bahwa cuplikan tersebut mengandung berjuta pesan tersirat
yang mungkin harus diperhatikan oleh saya dan puluhan ribu juta rakyat
Indonesia. Bapak, saya sangat setuju dengan pendapat pak Karno bila revolusi
belum selesai. Mengapa? Karena menurut saya, untuk menciptakan bangsa yang
besar diperlukan tidak hanya sebatas revolusi-revolusi untuk cara
pemerintahannya saja, tetapi juga diperlukan revolusi dalam diri yang harus
dilakukan ‘setiap hari’. Dengan demikian, revolution
has no age.
Ketiga,
mengapa saya membuat surat terbuka untuk Bapak? Bapak Joko Widodo, saya membuat
surat terbuka karena saya tertarik dengan salah satu misi Bapak, Revolusi Mental.
Saya sangat tertarik dengan misi bapak yang satu itu karena sejalan dengan misi
saya yang saya sebut ‘revolusi diri’. Saya menjalankan revolusi diri setiap
hari karena saya ingin menjadi orang yang memiliki kepribadian yang prima,
yaitu: kokoh secara spiritual, dewasa secara emosional, luas secara
intelektual, serta kuat dan cerdas secara operasional. Dengan catatan, selalu
berpegang teguh pada kuasa-Nya dan senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai
Pancasila sebagai ideologi.
Sebagai
warga negara yang memiliki semangat juang abadi, saya tentu harus ikut
berpartisipasi dalam pelaksanaan misi tersebut. Perlu adanya pengorbanan secara
disiplin-terus-menerus dalam diri untuk memulai dan melaksanakan. Saya bukanlah
ketua umum OSIS terpilih yang bisa menggerakkan massa untuk mendukung misi
Bapak. Tetapi saya memiliki evaluasi tersendiri untuk melatih aspek-aspek
kepemimpinan dalam diri saya. Saya membuat revolusi diri dan saya juga
melaksanakannya setiap hari. Alhamdulillah,
dengan adanya misi yang berlaku setiap hari tersebut dapat membuat saya
terbiasa dan perlahan-lahan mengubah pola pikir saya. Mungkin, apabila orang
disekitar saya telah sadar akan tingkah laku saya, mereka akan termotivasi dan
akhirnya mereka melakukan revolusi diri pada diri mereka. Setiap orang pasti
ingin sukses. Apabila ingin sukses, maka diperlukan kepribadian yang terampil.
Dan apabila mereka ingin menjadi orang dengan kepribadian terampil, maka mereka
akan termotivasi untuk segera melaksanakan revolusi diri. Begitulah saya menyebarkan
nilai-nilai tersirat yang patut dilaksanakan, dengan sikap. Sebab apabila hanya
diucapkan dengan kata-kata, saya hanya sebatas ‘pembual’ di pikiran mereka. Saya
biarkan mereka melihat, saya biarkan mereka perlahan mengubah mindset, dan kemudian saya biarkan
mereka merubah diri dan masa depan.
Keempat,
saya selalu ingat kata mutiara dari pak Karno, “Gantungkanlah cita-citamu
setinggi langit. Bangunlah mimpi setinggi langit. Sehingga apabila kau jatuh,
kau akan jatuh di antara bintang-bintang.” Sebagai orang yang mempunyai mimpi, saya
selalu berpegang teguh pada kata-kata beliau, Pak. Menurut saya, beliau
merupakan sosok sejarah bangsa yang berbudi luhur. Saya pribadi bangga memiliki
sosok bangsa bersejarah yang tulus mengabdi untuk negeri tercinta.
Seperti
yang saya katakan sebelumnya, setiap orang pasti ingin sukses. Dan apabila
ingin sukses, maka mereka akan merevolusi diri mereka agar berkepribadian yang
terampil.
Dalam
melaksanakan Revolusi Mental, Bapak terinspirasi akan konsep Trisakti yang
pernah diutarakan pak Karno dalam pidatonya tahun 1963 dengan tiga pilarnya,
”Indonesia yang berdaulat secara politik”, ”Indonesia yang mandiri secara
ekonomi”, dan ”Indonesia yang berkepribadian secara sosial-budaya”.
Sebagai orang yang taat pada demokrasi dan
sebagai orang yang cinta negeri, tiada alasan bagi saya untuk tidak
berpartisipasi dalam misi Bapak. Bapak telah dipilih oleh rakyat. Ada yang
mengatakan bahwa suara rakyat merupakan suara Tuhan. Maka sebagai rakyat, saya
juga harus berpartisipasi penuh dalam kesuksesan visi dan misi Bapak untuk Indonesia. Mengingat
kata demokrasi, jangan lupa, Pak. Bertanggung jawab kepada rakyat merupakan hal
utama. Negara memiliki rakyat, Pak. Tiada rakyat, tiada pula negara. Menurut
saya, maka semestinya pemilihan calon pemimpin yang terbaik dengan cara dipilih
oleh rakyat secara langsung. Agar mindset calon pemimpin hanya mengingat
tanggung jawab kepada rakyat. Secara tidak langsung, mindset tersebut mengantarkan pemimpin untuk selalu memperhatikan
rakyatnya.
Akhir kata, semoga bapak Joko Widodo termasuk dalam
deretan “pemimpin yang adil” sehingga dapat menuntaskan sistem yang
telah Bapak susun sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya, sehingga nanti berhak
mendapatkan perlindungan dari Allah
Subhanahu Wata’ala di hari akhir. Saya berjuang, Bapak berjuang, semua
berjuang karena untuk menuju Indonesia sukses maka harus memiliki arah dan satu
tujuan sama yang diraih bersama-sama. Bismillahirrahmanirrahim untuk Indonesia jaya!
Atas perhatian Bapak, saya mengucapkan
terima kasih.
Surabaya, 20 Oktober 2014
Annisa Miftakhul Janna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar