۩۞۩ سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩۞۩
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh..
|
Tanggal 29 Juni pukul 00.00. Waktu dimana aku dapat mengetahui hasil seleksi tes RSBI-ku. Waktu itu masih menunjukkan pukul 22.52. Aku melihat admin "@BeSMALAne" sedang sibuk mengetweet persiapan untuk melihat hasil tes RSBI. Dan kebetulan saat itu sedang trend topik menggunakan hastag '#paspengumumanbiyen' yang berarti istilahnya flashback bagaimana ekspresi mereka (anak smalane) saat diterima di SMAN5 Surabaya yang aku bangga-banggakan itu. Ya tentu saja hal itu membuatku tambah bersemangat untuk masuk SMAN5 Surabaya. Tidak lupa admin “@BeSMALAne” mengingatkan kami (para penanti hasil seleksi RSBI) untuk berdoa, karena jalan satu-satunya saat itu hanyalah berdoa. Entah apa hasilnya nanti, aku memilih untuk segera menyambar air wudlu, dan melakukan shalat Isya. Aku semakin deg-degan sampai-smpai keluar air mataku, dan bertanya-tanya seperti apa hasilnya nanti? Apakah aku nanti akan menangis bahagia dan bersujud syukur atas keberhasilanku? Atau aku hanya bisa menatap layar komputer tanpa berkata sepatah katapun? Apapun nanti, aku berharap ada berita yang membahagiakan di dini hari. Apapun hasilnya aku sangat berusaha untuk menenangkan diriku. Sholatpun aku menangis dan menangis. Entah betapa deg-degannya aku, perutku sampai mules. Akhirnya aku bertasbih kepadaNYA untuk memberikan berita terbaik untukku. Aku bertasbih hingga alarmku berbunyi pukul 23.45. Setelahnya aku menunggu pengumuman hasil tesku. 6 detik tersisa, aku bersiap-siap untuk merefresh halaman yang dimuat ppdbsurabaya.net itu. Setelah aku merefresh, aku tentu saja memilih hasil seleksi SMAN5 Surabaya. Aku mencari-cari namaku sampai halaman terakhir peserta yang diterima RSBI SMAN5 Surabaya. Ternyata tidak tercantum namaku. Aku terus mencari dan mencari namaku sampai 3 kali dan hasilnya sama saja.. Nihil.. Tentunya aku sangat sedih sekali, hingga ku teteskan air mata berita duka di dini hari pada waktu itu. Aku tak kuasa menahan semua itu, betapa sekolah yang aku idam-idamkan, yang aku damba-dambakan, yang aku bangga-banggakan, yang aku incar-incar selama ini...... Tidak mencantumkan namaku sebagai nama yang diterima dan lolos di SMAN5 Surabaya. Aku memilih untuk memalingkan mukaku, dan mulai menjauh dari layar komputer. Aku sangat terpukul, terpukul sekali hingga tiada henti-hentinya aku meneteskan air mataku. Bercucuran semuanya bercampur dengan derasnya perih dan lara yang melandaku saat dini hari ini, tanggal 29 Juni 00.09 saat aku menengok jampada komputer. Aku mendekati tempat tidurku, perlahan aku duduk, dan menerima semuanya dengan lapang dada. Perlahan pula aku menarik gulingku, dan merapatkannya pada tubuhku. Tiada henti air bercucuran dari mataku. Perlahan namun pasti. Perlahan dan kupeluk erat gulingku. Aku ingin berteriak, aku ingin mengobrak-abrik semuanya. Tapi yang bisa kulakukan hanyalah duduk diam, dan menerima semuanya. Serasa tidak kuat bila aku berdiri saja, kakiku terasa berat sekali. Aku termenung, mengapa setiap kali aku membayangkan sesuatu, tidaklah pernah akan terjadi. Seakan-akan apa yang kubayangkan itu hanya merupakan mimpi semata. Aku membayangkan ini, tidaklah terwujud. Aku membayangkan ini, tidak terwujud. Aku membayangkan itu, yidak terwujud pula. Sedangkan teman-temanku? Mereka yang menginginkan apa yang mereka damba-dambakan selalu saja tercapai? Dengan sikap sombong pula mereka mengatakan apa yang mereka inginkan. Aku sempat pesimis dengan sikapku ini. Akhirnya aku bangkit dan memberanikan diri untuk mendekati layar komputer, dan mulai mencari Hasil Seleksi di SMAN2 Surabaya. Mungkin saja ada peluang lagi. Ternyata apa yang kubayangkan tidaklah menjadi kenyataan. Berapa sekian kali aku melihat hasil seleksi itu, tidaklah ppula kutemukan namaku. Aku semakin putus asa dan memilih untuk mematikan komputer, dan lekas tidur. Sejenak aku melihat twitterku, mereka sedang sibuk dipuja dan dipuji. Andaikan keajaiban bisa datang saat itu juga, aku ingin dipuji seperti mereka yang lulus tes RSBI. Semakin aku melihat Timeline-ku, aku semakin galau. Mereka nampaknya senang sekali. Andaikan mereka tahu... Aku ingin diberi semangat dan nasehat kecil... Aku ingin diberi semangat atas kegagalanku. Aku tahu mereka sudah sibuk dengan kebahagiaan mereka sendiri-sendiri. Aku memutuskan untuk tidur dan menonaktifkan twitter sms-ku. Tes tes tes, air itu jatuh di atas kain bantal. Sangat banyak sekali sehingga aku harus tidur berbantalkan bantal basah. Meskipun orangtuaku dapat menghiburku sesaat, aku tetap meneteskan air itu. Air yang keluar saat aku berpedih hati. Aku mencoba tidur, tetapi meski kupaksakan, tak akan bisa tidur karena aku tak bisa tidur. Akhirnya aku kembali menyalakan komputernya dan melihat nilai terendah hasil seleksi di SMAN1 Surabaya, SMAN21 Surabaya, SMAN15 Surabaya. Terkejut aku, mengapa pilihan ke-dua SMA RSBI-ku harus SMAN2 Surabaya? Mengapa tidak SMAN1? SMAN21? Ataupun SMAN15? Oh god why._. nilaiku sangat jauh dari hasil terendah pada seleksi SMA RSBI di tiga SMA itu. Jauh lebih tinggi dari yang terendah maksutku. Nilaiku 6,99. Bisa masuk SMA1, SMA21, SMA15. Seharusnya aku berfikir jauh sebelum memilih agar tidak salah pilih. Ya, bagaimanapun hasilnya harus disyukuri. Seberapa pahit itu. Walaupun aku bisa menerima dengan lapang dada, aku tetap saja ingin menangis dan berteriak bila ditanya ‘Loloskah tesnya?’ ‘Masuk SMA RSBI mana?’ serasa otak ingin meledak. Aku jadi ingat saat kenaikan kelas 8 ke kelas 9. Aku saat itu mulai mengenal seseorang yang diterima di RSBI SMAN5 Surabaya, bernama anu. Saat itu aku melihat timeline twitternya, banyak sekali teman-temannya yang mengucapkan selamat kepadanya. Saat itu aku belum tahu dia masuk SMA mana, setelah aku tanya ternyata masuk SMAN5. Wah aksel pula. Kita bisa bayangkan betapa pintarnya dia. Saat itu aku berfikir, jikalau aku dapat menjadi seperti mas anu mungkin aku dapat menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini. Saat aku naik ke kelas 9, aku semakin berjuang demi mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku belajar dan belajar. Aku ingin seperti mas anu, aku sangat mengagumi kepintarannya. Selama aku kelas 9, alhamdulillah saat tryout pendampingan mutu kelasku lumayan. Masuk 9.1;9.2;9.3. begitu seterusnya. Dan alhamdulillah tidak pernah masuk kelas 9.3 ke atas :). tetapi setelah melihat hasil UN-ku..... Sedikit kecewa, bagaimana tidak? Nilai Un-ku jumlahnya hanya 38.05. tetapi aku tetap bersyukur karena masih bisa ikut tes RSBI. Sebelum tes, mungkin beberapa hari sebelum tes, aku pergi ke JatEx untuk melihat pameran pendidikan. Di sana banyak sekali SMA mulai dari Negeri sampai Swasta menampilkan profil sekolah mereka masing-masing. Tentunya juga mempromosikan SMA mereka yang akan menerima calon peserta didik baru. Yap, tentu sja stand yang pertama aku kunjungi yaitu stand Smala Sby. Aku takjub melihat profil sekolah itu. Banyak sekali sertifikat-sertifikat penghargaan dari luar negeri. Luar biasa. Akupun juga sibuk bertanya-tanya tentang Smala pada kakak-kakak yang sedang menjaga stand Smala di JatEx tersebut. Aku berkali-kali mengunjungi stand Smala bersama Aldo dan Yusi. Aku juga tak lupa untuk meminta brosur sekolah itu. Hehehe. Perjuanganku untuk mendapat peluang masuk ke SMA itu tidak hanya itu, aku juga aktif mengikuti tryout persiapa RSBI yang diadakan Smala. Dua kali tryoutnya, tryout yang pertama aku menyusul satu hari setelah diadakan tryout tersebut karena aku ke Bali. Tryout kedua ini aku mengikutinya sesuai jadwal. Aku bahagia sekali, sudah berkali-kali aku memasuki Smala. Aku tidak pernah masuk ke SMA lain selain Smala dan Smada. Smadapun hanya sekali saja aku memasukinya. Saat itu aku berharap sekali pake banget masuk ke Smala._. Tambang semangat dong tentunya!!! Aku sebenarnya capek harus pendampingan Tes RSBI setiap hari, capek mengerjakan semua buku yang kubeli sendiri, meskipun belum habis udah beli lagi-_- makanya gk habis habis. Bukan bukunya yang habis, tetapi soal di dalamnya. Tapikan itu semua demi aku sendiri. Hehe. Saat tespun aku sangat semangat sekali, walaupun satu kelas isinya hanya 2 anak yg dari SMPN3 Surabaya, aku tidak peduli. Yangg penting hasilnya nanti. Selama mengerjakan aku tak henti-hentinya berdoa, mulai dari doa yang diberikan penceramah istighosa SMPN3 saat sebelum ujian, doa dari ibu saya, doa dari tante saya, dan doa dari pak misli (guru agama saya). Semua aku baca. Aku juga sudah sangaaattt berniat dan berminat sekali menjalankan tes dan segera daftar ulang di smala. Tentunya doa restu dari teman-teman, guru-guru, dan orang tua mengiringi kepergianku. Aku sangat bahagia sekali mendapat ucapan semangat dan doa restu dari mereka. Tetapi semua usahaku, niatku, minatku, semangatku, dan doa restu mereka belum cukup untuk memenuhi permintaan yang kupendam selama ini. Istilahnya aku gagal memenuhi permintaan yang diminta oleh aku sendiri. Aku sangat terpukul dengan semua kerja kerasku, niatku, semangatku, semuanya. Dan tentunya doa restu mereka sia-sia belaka. Aku malu pada mereka semua. Kakakku, ibuku, semuanya. Aku sangat malu sekali. Aku malu karena aku sudah meminta doa restu pada mereka, tetapi tidak dapat memenuhi semua restu mereka. Aku hanya dapat meratap semua kerja kerasku yang sia-sia. Semua waktu yang kubuang SIA-SIA BELAKA. Jujur, saat unas aku tidak memikirkan unasnya, tetapi tes rsbinya. Bagiku tes itu seperti unas! Dan lebih dari unas! Bagiku tes itu sangat penting! Aku sangat terpukul dan benar-benar terpukul. Tetapi entah mengapa aku sangat senang melihat teman-temanku lolos tes rsbi, teman-temanku yg masuk ke sma yg dicita-citakan, tetapi jika aku melihat diriku sendiri... Bagaimana ya rasanya? Semacam nyesek... Mereka semua bilang 'bersyukur' tetapi bagiku aku perlu waktu untuk bersyukur, memikirkan tentang semua usaha yang kulakukan, semua waktu yang panjang, semua niatku, semua semangatku yang nyatanya terbuang sia-sia. Tapi aku sudah mengetahui hikmah dari semua ini,
Dan terimakasih pada guru saya Bu Erli, telah memberi saya semangat dan saran "Kamu gak boleh pesimis. Masih ada jalur reguler. Bismillah kamu bisa. Sekarang apakah diterima di SMA terpandang seperti itu, akankah menjamin masa depanmu? Kan belum pasti. Mungkin Allah sudah mengatur semuanya. Mungkin saja di SMA reguler kamu lebih berhasil atas kehendaknya? Semua itu sudah ada yang mengatur." terima kasih ya, Bu. Nasehat kecil sudah kudapatkan, dan aku lega sekali karena masih ada orang yang memberiku nasehat. Nasehat yang membuatku optimis! Lihatlah aku beberapa tahun ke depan (!)
2 komentar:
dmn sma mu emang gak njamin masa depan kok .. RT Bu Erli
chaa aku suda bahagia kok di tetra:') btw follow blogku dong hehe
Posting Komentar