۩۞۩ سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩۞۩
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh..
|
Banyak pepatah yang mengatakan bahwa hidup kita bagaikan mendaki gunung. Pelajaran yang ingin saya petik dan saya buktikan yaitu mendaki gunung untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hidup itu.
Here we go, sebelum mendaki setiap pendaki harus mempersiapkan fisik , mental, logistik, dan peralatan untuk keperluan pendakian.
*Pelajaran hidup pertama: manusia harus mempunyai bekal untuk siap memulai tantangan-tantangan dalam hidupnya. Seperti, harus makan makanan bergizi, harus memiliki bekal pengetahuan untuk di masa yang akan datang dan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika siap melakukan pendakian, para pendaki harus memeriksa kembali perlengkapan yang sudah dibawa. Hal ini diperlukan agar tidak ada yang terlupa saat sudah memulai pendakian karena di atas gunung pemenuhan kebutuhan terbatas.
*Pelajaran hidup kedua : Manusia harus selalu mengintrospeksi dirinya dahulu. Seperti, introspeksi kesalahan-kesalahan yang diperbuat lalu menjadikannya suri tauladan untuk hari-hari ke depan.
Pada saat pendakian, diperlukan kerjasama tim. Mengapa tim? Karena untuk mendaki gunung, tidak mungkin mendaki sendirian. Ada yang membangun tenda, ada yang memasak, ada yang menyiapkan api unggun.
*Pelajaran hidup ketiga : setiap menjalani hidup, diperlukannya peran serta orang lain. Itulah sebabnya mengapa kita adalah makhluk sosial. Kita tentu tidak bisa hidup sendiri. Sesuka-sukanya orang yang selalu sendiri, pasti lama kelamaan bakal merasa kesepian dan mulai menginginkan keberadaan orang lain untuk menemaninya.
Pendakian begitu menguras tenaga dan mental. Perjalanan yang jauh. Track yang di tempuh bukanlah mudah. Dengan kemiringan 45-80 derajat membutuhkan fisik yang kuat. Jalan yang kita tempuh tak selamanya akan terus menanjak. Kadang kita berjalan di jalan yang luas dan lengang, tidak menanjak dan datar, bahkan menuruni bukit. Ada kalanya kita berjalan di jalan setapak yang miring, menanjak dengan kanan-kiri kita jurang yang siap menerima kita. Alhasil, tim pendakian harus berhenti setiap 10 menit untuk istirahat. Beban yang di bawa per orangnya sekitar 65 liter yang berisi logistik, pakaian, mck, dan barang pribadi.
*Pelajaran hidup ke-4: setiap menjalani kehidupan untuk mencapai kesuksesan sangat membutuhkan dan menguras fisik serta mental. Kesuksesan tidak dapat diperoleh secara instant, tentu ada tahap-tahap yang kadang ringan, berat, dan mungkin sangat berat. Dalam setiap tahapnya digunakan untuk flashback apa yang dibutuhkan demi mencapai tujuan yang utama. Semua itu sudah diatur Tuhan, kebahagiaan, kesedihan, air mata dan kekecewaan. Dalam pencapaian kesuksesan selalu ada beban yang kita emban, sekarang tergantung kita dalam menyikapinya. Hasil merupakan apa reaksi kita terhadap suatu kejadian. Jika kita menganggap beban adalah suatu hambatan, maka hasilnya kita akan selalu terbeban dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya, jika kita memaknai sebuah beban yang kita emban tadi sebagai tantangan,maka hidup kita akan penuh semangat dan perjuangan!
Menguras keringat karena begitu kelelahan. Menguras mental karena menghadapi phobia survival yang belum pernah dihadapi. Hanya ada satu cara untuk menghilangkan sejenak lelah itu. Tersenyum. Smile is a power. Canda tawa, semangat, dan kekompakan tim merupakan sebuah power yang sangat luar biasa.
*Pelajaran hidup ke-lima: Dalam perjalanan menjadi sukses butuh kerja keras. Kita akan menghadapi hal yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Hanya senyum semangat yang dapat membakar kembali semangat kita. Sugestikanlah kalau kita mampu dan ini bukan suatu masalah yang besar. Jika saja phobia tadi menguasai diri kita, kita pasti menyerah dan me-judge diri kita bahwa kita tidak mampu. Kesuksesan tidak ditempuh dengan jalan yang mulus. Ada lika-liku ,tantangan, dan hambatan tergantung reaksi kita bagaimana menghadapinya. Jangan pernah berhenti jika terjatuh. If you fall down, you need to get up. Coba bayangkan jika saja reaksi kita negatif, maka kita tidak akan mencapai kesuksesan yang kita impikan dan harus berhenti dan kembali ke nol. Bereaksilah secara positif. Jatuh maka bangkitlah lagi, paling tidak kita sudah melangkahkan kaki kita selangkah lebih dekat dengan kesuksesan. Kesuksesan butuh steps.
Suhu ekstrim, fisik, serta mental yang terkuras. Perjalanan melelahkan menuju puncak seringkali terselip rasa putus asa karena jauhnya dan lelahnya kaki ini untuk melangkah. Tim pendaki sudah mencapai puncak. Semua pahit dan jeri payah dalam pendakian terlupa sejenak. Menyaksikan kekayaan ilahi, lukisan alam, begitu besarnya Tuhan, dan begitu kecilnya mahkluk-Nya (bila memandang ke sekeliling).
*Pelajaran hidup ke enam: Hidup juga seperti itu, kadang kita mengeluh dan putus asa, lelah atas semua yang kita lakukan. Tapi tenang, Tuhan memberi kita 5 waktu untuk menyerahkan diri kita pada-Nya. Untuk terus mencurahkan seluruh tujuan hidup kita pada-Nya dan berdoa pada-Nya agar tujuan hidup kita tercapai. Tapi, semua yang dilakukan itu akan sebanding dengan perjuangan kita. Berapapun kalori yang kita keluarkan untuk menempuh puncak itu akan terbalas dengan segarnya udara pegunungan dan pemandangan memesona yang tidak pernah kita dapatkan di perkotaan. Pemandangan yang benar-benar langka dan hanya dapat lihat setelah kita melakukan perjuangan besar-besaran. Adil, kan? Dan tentu saja perlunya mengakui kebesaran Tuhan bahwa sukses itu nyata dan semua orang bisa menggapainya.
Sebagai khalifah di bumi, manusia hendaknya jangan selalu memandang ke atas, lihatlah ke bawah. Manusia begitu kecil di sisi-Nya. Hamparan hijau terbentang luas, tak sedikitpun terlihat makhluk Tuhan dari ketinggian. Jika kembali ke bawah, terbayangkan begitu sombongnya makhluk Tuhan. Konflik dan kurangnya rasa syukur bahwa Tuhan itu ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar