Minggu, 25 Mei 2014

New Age, New Page


۩۞۩ سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩۞۩

"In the name of Allah most merciful and most benefict."



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh..





      Another year older today. I can't believe I'm 17th years old right now. I have to say the time has passed quickly. There's the baking and gifting and familying and friending. Then, it's my birthday. My birthday. My 17th's birthday. Turning the page over into a new age is always a huge time of reflection for me. But even more so, it's a huge time of action for me.

       A lot of changes have happened in my life since my birthday last year. That year of my life was the best yet. I accomplished so many life-long dreams and goals I had set for myself and checked many big things off of my bucket list. I learnt how precious life is. I learnt that only I can know and create the life that fulfills me, serves me, and lifts me higher every single day. So, I continued taking action.

       The other night, as I was getting ready for bed, reflecting on a lot of the big changes that are currently taking place and where I am in life right now, I started thinking about change. More specifically, about how much I have changed as a person. It kind of freaked me out for a second.

       I looked back at my birthday last year. Just one year. Not too long ago but still a significant amount of time has passed since then. And, well, I realized that everything about me has changed. Everything.

       Everything in my entire life has changed. And then I discovered why. It's not that I have changed, necessarily; that somehow I just became a magical new person and knew how to be happy and surround myself with awesome people and go after my dreams and not give a flying you-know-what what anybody else thinks. No.

       I found not only the 'changed' but also learnt to know well about me. My soul, my heart, my innate being, the way I live, the way I think, the way I make decisions, and the way I am. Most importantly, I stopped trying to be what I thought I "should" be... Whether by my mom's standards, my "friends" 's standards, my dad's standards, society's standards, etc. and I just WAS. I AM. I can finally be. And by truthfully, authentically, organically BEING, life is constantly this exciting, amazing, captivating gift and puzzle and blast all at the same time.

       My 16's year, was the year I learnt to say "no" to others. To do only what was true to myself. To honor my being. To stop pretending. To stop chasing. To stop settling.
       My 16's year, was the year I learnt to say "yes" to myself. To give myself the go-ahead. To encourage myself. To 'let go' all the things that make me worried. To 'realize' that everything I want didn't always that everything I need, so I need to let everything go. To go after my dreams like there was no tomorrow.

       I think I may always look back at my 16th's but....no. No. Today, May 25th 2014, is the begining... It's my 17th's year. The day it's just the begining to start all over to the new one. It means that every page in my 16th's year has done. Now... I realize that I need to open the new page. I need to forget the wrong that has done and start something new. Start all over new but always be myself, but the way time goes by...now that seems different.
Everything has changed, but except myself.

       Today, as I turn another year older, I feel so blessed to be working toward my passion and life purpose, as a life coach. It makes me glow just to say that. I spend my days going to class to do what, to me, is the greatest blessing - learning the tools of deep life transformation. And now, as I reach this birthday, I will be starting yet another new chapter.

       I found myself where I am right now in life. Or, maybe I should say that it somehow found me. It was one of those things I've had on my "list" and knew it would come about when the time was right. So, at the end of this exciting birthday month of mine, I'll be making that move and writing another new page in my book.

       That will be the beginning of my year that's full of so much potential. I have high hopes and big goals for this year. I'm in different surroundings with different people in a different line of thinking and I'm happy. So happy. And knowing that this happiness is only going to increase as the days continue. Now that's pretty awesome.

Wassalam..


-Annisa Miftakhul Janna











Jumat, 23 Mei 2014

Aku Akan Menjadi Buih...



۩۞۩ سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩۞۩

"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh..




Seperti putri duyung di dongeng itu, kelak aku akan
menjadi buih dan membawa mati semua rahasia hatiku.
Sebut ku pesimis, tapi sudah terlalu lama aku menunggu
saat yang tepat untuk kebenaran itu. Dan selama itu, aku
melihat bagaimana benih-benih perasaanmu kepadanya
pelan-pelan tumbuh hingga menjadi bunga yang indah.


Aku kalah bahkan jauh sebelum mulai angkat senjata.
Kau ada di hidupku, tapi bukan untuk kumiliki. Kerjap mata
indahmu hanya untuk dia dan selamanya itu tak akan
berubah. Meski begitu, kenapa aku tidak berusaha berbalik
dan mencari jalan keluar dari bayang-bayang dirimu?


Jika suatu hari kau menyadari perasaanku ini, kumohon
jangan menyalahkan dirimu. Mungkin memang sudah begini
takdir rasaku. Cintaku padamu tak akan pernah
melambung ke langit ke tujuh. Aku hanya akan membiarkan
buih-buih kesedihanku menyaru bersama deburan ombak
laut itu. Karen inilah pengorbanan terakhirku untukmu:
membiarkanmu bahagia tanpa diriku.....

Selasa, 20 Mei 2014

Sepucuk Surat untuk Ibu


۩۞۩ سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩۞۩

"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh..


Untuk Ibuku tersayang,



       Ibu... Aku bukanlah penyair yang amat sangat hebat, yang membuat sebuah karya dengan diksi-diksi indah tersusun rapi menjadi sajak-sajak kalimat penuh makna. Aku bukan seorang penulis novel dengan segudang kata-kata mutiara nan indah di dalamnya. Aku tidak pandai melakukan hal seperti apa yang penyair lakukan, karena aku bukan seorang penyair. Aku hanya seorang anak berumur 16 tahun yang telah lahir selamat dari rahim seorang Ibu yang hebat sepertimu.

       Sejak aku diajari menulis abjad, aku sudah membayangkan sesuatu: menulis surat untukmu. Aku sudah menulis banyak sekali surat untuk Ibu dalam setiap imajinasiku, dalam setiap anganku, dan dalam setiap mimpiku ada sosokmu.

       Ibu, banyak sekali hal yang ingin kukatakan padamu... Tetapi, aku tak sanggup mengatakannya secara terang-terangan padamu. Aku menulis sepucuk surat ini untukmu. Dan aku mungkin terlalu bodoh karena membiarkan surat bisu ini tak terbaca olehmu. Memang sengaja, mungkin lebih baik surat ini aku tulis pada blog ini. Blog yang hanya aku promosikan lewat situs web akun sosialisasi dunia maya milikku. Blog yang dihiasi oleh kata demi kata yang kulontarkan untuk menggantikan perasaanku yang berkecambukan tiada tara.

       Ibu, aku baik-baik saja, aku selalu dalam lindunganNya, sebagaimana doamu di pagi, siang, senja, dan malam hari. Ibu, mengapa aku selalu sendiri, selalu saja sendiri. Teman-temanku serasa pergi, hidupku yang tanpa warna serasa mati, dan aku benar-benar sendiri di dunia ini.

       Ibu... Jika engkau mendoakan agar nilai-nilaiku baik, maka itu telah jadi genggaman. Kau selalu mendoakan kesehatanku. Namun sepertinya engkau belum mendoakan kebahagiaanku. Kebahagiaan agar aku tak sendirian dalam isak tangis dan lamunanku, agar aku tak kesepian, agar aku tak lagi hanya menangis di kamar mandi, saat aku merebahkan keningku dalam sujudku, ataupun saat aku merebahkan diri ke tempat tidur sebelum aku menggapai mimpi indah malamku.

      Ibu... selalu bertanya bagaimana kabarku hari ini? Kabar mata pelajaran yang kurang kupahami. Kabar nilaiku yang paling bagus. Pernahkah ibu bertanya, apakah aku senang dan nyaman di sekolah? Ibu tidak pernah mempertanyakan pertanyaan itu..

       Ibu, aku selalu berdoa setiap pagi, siang, senja, dan malam. Semoga saat pagi hari mentari pagi sampaikan kegelisahanku, semoga terik mentari siang sampaikan kegundahanku, semoga di saat senja datang....gugusan awan jingga sampaikan kepiluanku, semoga rembulan malam sampaikan derai air mataku, bintang sampaikan kesendirianku, bahwa aku sedang kalut dan pilu. Ibu, aku sungguh sendiri di dunia ini.

       Ibu, kadang pada saat malam tak berbintang datang.... Aku selalu mencari-cari bintang walaupun akhirnya aku hanya menemukan satu bintang. Satu bintang yang sinarnya paling terang. Sehingga pada langit yang sangat gelap tertutup awan hitampun, bintang itu tetap gemerlapan dengan indahnya. Untuk menemani kepiluan yang kurasakan seorang diri.

       Ibu, aku menatap bintang. Membayangkan dekapan penuh kasih darimu. Bersama angin malam aku bernyanyi karenamu. Demi menghapus segala sepiku.

"aku selalu mencintaimu, Ibu."

Kata itu selalu membuatku menyesal. Mengapa tak kuucapkan sesering dan sebanyak mungkin untukmu.

       Ibu, cinta kasihmu selalu kau tujukan padaku. Kau selalu datang menggodaku disaat aku tengah sibuk membaca novelku. Kau datang memeluk dan menciumku disaat aku tengah menuliskan sajak-sajak indah tuk hiasi blog ini. Disaat aku sedang sibuk menatap layar handphone ataupun saat aku sedang belajar, kau selalu hadir untuk membagi lelucon bersamaku. Sungguh, sebenarnya aku sangat membutuhkan perhatianmu saat ini.

       Ibu, hari ini aku telah menghadiri upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke 106 pada tanggal 20 Mei 2014 di Gedung Negara Grahadi Surabaya. Hari ini aku tertawa bersama Zahra, Fira, Alip, Raka, Fanny, bahkan dengan Pakdhe Karwo dan Gus Ipul. Tapi... Siapakah yang dapat kuajak untuk tertawa sekarang? Saat ini?

       Ibu, aku benar-benar merasakan kesepian yang teramat dalam. Andai saja kau tahu. Aku tahu, kau hanya sekedar merasakan, bukan benar-benar tahu. Kau dapat merasakan saat aku usai menangis atau saat aku merasa tersinggung dengan perkataan orang. Tapi satu hal yang tak kau ketahui, aku merasa kesepian. Aku merasa berada dalam lautan pilu.

       Ibu, aku selalu menikmati saat-saat gugusan awan jingga terlukis indah di sanubari. Saat-saat senja yang indah, meski dalam tangis kesepian dan kesendirianku. Sekali lagi, kau hanya dapat merasakan bahwa aku baru saja menangis atau kau hanya dapat merasakan saat aku telah tersinggung akibat perkataan orang. Tapi, kau tidak tahu satu hal, kesendirianku. Kepedihan hidupku yang tak pernah sekalipun kukatakan kepadamu. Aku tak sanggup. Sangat berat bila aku membagi tangis bersamamu tentang kepiluanku, apalagi dengan orang lain. Aku tak akan pernah melakukannya. Memperlihatkan hal terlemah dalam diriku. Aku tak akan pernah memperlihatkannya padamu dan orang lain.

       Ibu, sungguh aku ingin menangis sambil memelukmu saat ini. Aku tidak ingin merasakan pahitnya dunia ini tanpamu. Aku tak ingin merasakan pahitnya kesendirianku. Aku tak ingin merasakan pahitnya pengkhianatan cinta. Sejak aku kembali dari gladi bersih hari Senin 19 Maret 2014 lalu, aku tak pernah lagi percaya dengan apa yang namanya cinta. Tentang seseorang yang tak sepantasnya dipercayai lagi, tentang seseorang yang ingkar akan komitmennya sendiri, dan tentang orang yang tak mengerti akan perasaan yang dirasakan oleh orang lain. Semua orang di luar sana benar-benar jahat, Bu. Mereka tak sedikitpun mengerti akan perasaan orang lain. Mereka terlalu egois, tak pernah sedikitpun memikirkan perasaan orang lain. Hati mereka telah membiru pucat dan beku. Aku tak menyalahkan semua orang, hanya saja aku menyesali sesuatu yang membuat pemikiran dan hati mereka kacau. Memang benar bahwa cinta tak membuatku pintar, tetapi bijak. Karena kebanyakan cinta selalu menggunakan hati. Tetapi aku dapat mengambil hikmah yang besar bahwa karena masalah ini aku jadi semakin tahu bahwa Allah selalu menjagaku, Allah telah menunjukkan orang-orang yang salah dalam hidupku. Aku merasa sangat bersyukur walau berberat hati menahan kepiluan saat senyumnya ditujukan pada orang lain. Senyumnya ditujukan untuk seseorang itu, bukan untukku, dan selamanya akan terus seperti itu. Saat ini aku benar-benar menginginkan pelukmu, Bu. Tapi apalah dayaku untuk kuceritakan semua masalah yang telah menimpaku saat ini.

       Kau selalu mendesakku agar aku selalu menceritakan kejadian yang menimpaku entah itu senang ataupun sedih. Aku tahu, kau sangat ingin dekat dengan anakmu ini. Hanya saja, aku tak ingin menambah beban pikiranmu disaat kau sedang sakit seperti ini. Sungguh Ibu, aku hanya ingin memendamnya. Sendirian. Biarkanlah surat ini bisu tak terbaca olehmu.

       Ibu, dulu saat aku masih kecil aku selalu bertanya-tanya mengapa bisa surga berada di bawah telapak kaki Ibu. Tapi waktu telah menjawab. Dan aku sudah cukup dewasa untuk menganalogikan itu semua.

       Ibu, semenjak kau ditempeli oleh penyakit yang entah ku ketahui, kau berubah menjadi seorang ibu yang semakin aneh. Perhatianmu padaku semakin menjadi-jadi. Kau sering mengucapkan kata maaf yang tak jelas karena apa. Andai saja kau tahu, aku selalu menangis akan sikapmu yang seperti itu. Terkadang aku juga mendengar samar-samar isak tangismu di malam hari yang tengah menahan kesakitan. Secara tak sadar, nestapa mengalir dari kedua bola mataku. Tidak tahukah kau aku selalu menangis bila mengingat bahwa aku tak pernah tahu bagaimana sakit yang kau rasakan saat aku dilahirkan. Dalam tiap sujudku aku selalu berdoa agar doa terbaik yang kupanjatkan untukmu, dapat terkabulkan olehNya.

Aku sayang Ibu. Jangan tinggalkan aku, Bu. Aku sayang Ibu.

Wassalam..

-Annisa Miftakhul Janna

Sabtu, 10 Mei 2014

Mie Rebus Susu


۩۞۩ سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩۞۩

"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh..


       Selamat pagi/siang/sore/malam atau kapanpun waktunya bagi siapapun yang sedang membaca artikel ini. Sudah lama aku tidak nge-post artikel tutorial tentang makanan. Hmm kali ini aku mau nge-share pengalaman buat 'Mie Rebus Susu'.

Iya, Anda nggak salah baca.
"Mie Rebus Susu."
"Ih eneg dong!"
"Emang enak? Ada-ada aja ah.."
"Rasanya pasti nggak enak!"

       Sekedar saran, artikel tutorial Mie Rebus Susu ini hanya diperuntukkan untuk pecinta tantangan. Pecinta kuliner versi home made. Iya, bikin sendiri...kalau bikinnya rame-rame.. Bisa kebayang, kan? :D artikel ini untuk yang rasa keponya berlebihan. Buat yang sudah kepo banget dan pengen matinya gak penasaran, mie rebus susu ini patut dicoba! :) Anda semua tahu? Mie rebus air sudah terlalu mainstream. Selagi masih muda, tak apalah sekali-kali nyobain yang namanya surga dunia.

       Bagi yang pengen nyobain resep ini silahkan, tapi aku ga tanggung jawab ya kalau misalnya nanti setelah Anda mencoba resep ini...selera makan Anda jadi tambah besar ataupun berkurang. Hehe. Karena selera orang kan berbeda-beda. Tapi dijamin deh... Enak banget!

       Sebenarnya cerita ini berawal dari ask.fm. Ada yang ngepap foto Ind*mie kuah susu gitu. Jadi penasaran hehe. Akhirnya dapet deh resepnya dari Kaskus. Daripada mati penasaran, akhirnya.....ya berkreasi di dapur. Yaudah, terlanjur tahu dan terlanjur bikin... Mubadzir kan kalau nggak ngeshare ke semua orang. Itung-itung berbagi ilmu sekaligus pengalaman^^ Berkreasi di dapur itu tidak akan ada bosennya bagi yang hobi memasak!


Oke-oke, yuk cekidot..






JPERALATANJ
Mangkuk
Panci
Sendok
Gunting
Kompor



JBAHAN-BAHANJ
Mie Instant
Daging Kornet Secukupnya
Keju Slice
Keju Parut
Susu Full-Cream
Telur
Sayuran



       Oke aku jelasin bahan-bahannya

1. Mie instant
          Sebenarnya tidak harus mie instant seperti Ind*mie, S*dap, Sup*rmie ya.. Bisa juga kok pakai spageti atau pasta itu... Asal jangan mie goreng seperti Mie Burung Dara. Eh sebut merk...-_- Waktu itu aku pakai mie ayam bawang...ga kepikiran buat mie yang lain sih waktu itu. Tidak apa-apa lah mie apapun, yang penting halal. Rasa apapun ya terserah. Dan...jangan mie goreng ya, kan tutorialnya tentang mie rebus -_-

2. Daging kornet, Telur, Sayuran
       Kalau misalnya ga pakai daging kornet, telur ayam maupun bebek, ataupun sayuran juga tidak apa-apa kok. Ini cuma sebagai pelengkap saja agar lebih gurih. Terus sayurannya itu...buat vitamin juga lah.

3. Keju
       Ada keju slice, ada keju parut. Yang wajib keju slice sih.. Soalnya yang slice itu untuk membuat kesan 'melted'. Hmm bisa bayangin nggak gimana kalau lihat keju melted? Pasti bakalan melting deh. *fix alay

4. Susu full-cream
       Susu full-cream yang warnanya putih itulo. Oh iya kenapa harus full-cream? Karena rasanya kan gurih, ga terlalu manis.



Oke, langsung step!!



J Langkah Memasak J

1. Tuang air untuk dimasak ke dalam panci. Masak airnya dengan nyalakan kompornya. Inget ya, sampai mendidih.



2. Buka bungkus mienya, gunting bumbunya dan tuang ke dalam mangkuk. Bumbunya cuma 3/4nya aja ya.. Kenapa? Bakalan asin kalau dimasukin semuanya. Soalnya rasa asin sudah kita dapat dalam kejunya. PENTING : ada satu bumbu yang harus Anda singkirkan....(baca: MINYAK). Minyaknya disimpen aja, jangan ikutan dimasukin dalam mangkuk. Nanti kalorinya nambah loh haha. LOL. Selain itu nanti rasanya eneg.


3. Setelah airnya mendidih, masukin mienya ke dalam panci. Aduk-aduk mienya sampai kira-kira setengah matang. Karena nanti masih menjalani proses merebus mienya dengan susu. Masukkan telur dan kornetnya sekalian.


4. Setelah mienya setengah matang, air rebusan mienya dibuang. Inget ya, dibuang. Jangan diminum. LOL. Setelah dibuang, mienya bisa dibilas dengan air matang. Hmm biar lapisan lilinnya 'sedikit' ilang lah. Biar efek samping instantnya ga berbahaya-berbahaya amat. Ditiriskan memakai saringan, terus dibilas.



5. Setelah dibilas dengan air matang, mienya direbus lagi dengan susu full-cream. Lalu masukkan sayurnya deh. Oh iya, api kompornya jangan terlalu besar. Pelan-pelan diaduk mienya. Kalau kamu sudah dalam step ini... Hmmm dijamin, dari baunya saja sudah aduhai... Oke lanjut


6. Masukkan keju slice dalam mie yang direbus susu tadi. Kejunya jangan dipotong slicenya, biar meltednya terasa lebih gurih! Nih: enak banget kan:))


7. Bila kejunya sudah fix melted, masukin ke dalam mangkuk yang ada bumbunya tadi. Aduk-aduk bawahnya... Biar kejunya tetap di tempat.


8. Sebagai pelengkap, potong keju parut kecil-kecil. Lalu diparutkan di atas mie rebus susu yang sudah jadi ^^


9. Suda jadi deh... Santap!! Tapi sebelum menyantap, jangan lupa berdoa dulu ya :)






Testimoni:

Awalnya sih penasaran banget, rasanya eneg atau tidak. Tapi setelah coba... Dijamin, gurih! Enak! Enak, beneran. Mienya kenyel, gak gampang putus (elaah..Raditya Dika mode on). Kaya ramen deh, susunya enak, apalagi kejunya.. Bumbu mienya juga masih terasa, kok. Recommended deh pokoknya! Setelah ini, entah kapan ya... Aku akan nge-post artikel tutorial tentang MilkGoreng. Iyaa, mie goreng susu. Siap?!?! Tahan dulu rasa ke-kepo-an Anda... ^_^



Terima kasih...

Selamat berkreasi!^^

Wassalamualaikum wa Rahmatullahi wa barakatuh..





Saran:

Bagi yang alergi susu, jangan coba-coba dulu ya. Waktu aku kecil, aku alergi susu. Jadi sampai sekarang bila habis minum susu ya ada efek sampingnya, perlu ke kamar mandi untuk menabung. Hmm tapi bisa teratasi kok dengan obat norit. Norit itu koloid. Jadinya.... (oke, aku ga akan jelasin kok, pasti sudah tau sendiri kan).

Kamis, 01 Mei 2014

Puasa dan Kejujuran


۩۞۩ سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩۞۩

"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh..


Alhamdulillah... Alhamdulillahilladi arsala rosulahu bilhuda wassholatu wassalamu 'alaa nabiyyilmusthofa wa 'ala alihi wasohbihi waman wafaa,amma ba,du waqolallohu ta'ala fil qur'anil karim bismillahirrohmanirrohim wamaa arsalnaka illa rohmatan lil'alamiin,
Harga kejujuran di negeri ini mahal sekali. Harganya ratusan bahkan mencapai miliaran rupiah. Untuk berbicara dan bersikap jujur tidak mudah.
Disamping itu, dunia pendidikan kita sejak lama dianggap bermasalah. Pendidikan berorientasi pada hasil yang baik bukan proses yang baik. Nilai religius  kejujuran yang diajarkan di sekolah melalui bidang studi agama hanya sebagai pelengkap kurikulum semata. Karakter jujur dan arah pendidikan difokuskan hanya mengisi ruang otak (kognitif) bukan ruang hati (afektif), maka tidak heran belum mampu menggerakan aksi kejujuran sebagai pilihan dalam hidup.
Andai semua insan takut kepada Tuhan. Menyadari setiap ucapan dan tindakan dipertanggungjawabkan. Persoalannya, karakter jujur pada diri seseorang tidak muncul secara instan. Ia menjadi karakter dengan adanya internalisasi melalui proses pendidikan. 
Namun ironisnya, dunia pendidikan yang menjadi garda depan untuk melakukan internalisasi nilai-nilai kejujuran juga terjebak dalam praktek ketidakjujuran. Kasus kecurangan dalam pembuatan karya tulis, penerbitan, dan ujian nasional (UN) di tingkat dasar (SD) sampai tingkat atas (SMA), adalah petaka besar masa depan kejujuran anak negeri.
 Kita semakin miris tatkala mendengar lembaga yang mengaku perwakilan atau representasi rakyat dianggap rakyat sebagai lembaga yang paling tidak jujur. Digaji orang-orang yang bekerja di dalamnya. Yang dipercaya masyarakat, yang sebelumnya dianggap akademisi cemerlang, jujur, dan punya komitmen dengan pemberantasan korupsi. Fakta dan data dikumpulkan. Perlu banyak uang yang dikeluarkan hanya demi satu; kejujuran. 
Disusul kemudian peradilan, partai politik, pejabat publik, bisnis, kesehatan, pendidikan, militer, LSM, lembaga keagamaan, dan seterusnya.   
Thomas Lickona, pakar pendidikan karakter dari Amerika, menyebut sepuluh tanda-tanda sebuah Negara menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda tersebut adalah (1) meningkatnya kekerasan remaja; (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk; (3) meningkatnya perilaku merusak diri (narkoba, miras, seks bebas/pornografi); (4) semakin kaburnya pedoman moral; (5) menurunnya etos kerja; (6) rendahnya rasa tanggung jawab individu/bagian dari bangsa; (7) rendahnya rasa hormat kepada orang tua/guru; (8) membudayanya ketidakjujuran; (9) pengaruh kesetiaan kelompok remaja yang kuat dalam kekerasan; dan (10) meningkatnya rasa curiga dan kebencian sesama (dikutip dari Dr. Leila Mona, 2013).
Sepuluh tanda Negara menuju kehancuran di atas, keterpenuhan syaratnya dengan mudah kita temukan di tengah kehidupan masyarakat kita (Indonesia) saat ini. Ketidakjujuran misalnya, telah menjadi budaya dan kejujuran menjadi “makhluk” langka. Menurut Mendagri Gamawan Fauzi (17/8/2013) sebanyak 296 kepala daerah di tanah air saat ini bermasalah dengan hukum. Termasuk ketidakjujuran dengan tindakan korupsi.
Apa yang menyebabkan seseorang tidak jujur? Sikap tidak jujur adalah muara cinta dunia (hubbud dunya) yang melebihi takaran. Selalu memenuhi keinginan bukan kebutuhan. Mengukur kepemilikan diri dengan orang yang di atas, sehingga tidak pernah puas dengan keadaan. Keadaan inilah yang menjerumuskan manusia dengan pola hidup konsumtif, rakus, tamak, dan menghalalkan segala cara dengan ketidakjujuran.
Oleh sebab itu, pelaksanaan ibadah puasa sangat penting maknanya bagi seorang muslim dan bangsa Indonesia. Karena ibadah puasa mampu membentuk karakter jujur, membunuh sikap rakus, tamak, berlebihan (israf), dan memunculkan sikap hidup sederhana dan peduli antarsesama. Muncul keinsyafan, bahwa tidak ada ucapan dan tindakan yang luput dari pengawasan Allah. 
Sependek apapun kata, sekecil apapun langkah, yang zahir maupun batin, kapan dan di mana pun kita berada, Allah Ta’ala tidak mengantuk dan tidak pernah tidur (Q.S. Al Baqarah : 255). Allah Maha Mengawasi segala sesuatu (lihat Q.S. Al Ahzab : 52). Dan malaikat akan senantiasa mencatat setiap ucapan kita (lihat Q.S. Qaf : 17-18). Bahkan Allah Ta’ala mengingatkan, “Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu.” (Q.S. Al Baqarah : 235).
Tidak ada yang akan diperoleh dari kejujuran kecuali segala kebaikan yang didamba oleh setiap insan. Termasuk rahmat Allah berupa surga di akhirat nanti. Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya kejujuran itu akan membawa kepada kebaikan. Sedangkan kebaikan mengantarkan kepada surga.” Sebaliknya, “Dusta akan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan akan mengantarkan kepada neraka.” (H.R. Bukhari-Muslim)
Ternyata untuk membentuk karakter jujur harganya tidak perlu mahal. Tidak butuh teori sulit dan perubahan kurikulum pendidikan dengan biaya sosialisasi milyaran rupiah. Jika kita memuaskan diri dengan hikmah puasa yang telah kita lalui, mempelajari dan mengamalkan syariat agama dengan lebih beristiqomah, dan takut kepada Allah dengan sungguh-sungguh mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, inshaAllah persoalan ketidakjujuran di negeri ini dapat diatasi dengan mudah.

Akhirussalam wabillahi taufik wal hidayah wa ridho wal inayah
Wassalamualaikum wa Rahmatullohi wa barakatuh..