Minggu, 27 Juli 2014

Ramadhan Bergegas Pergi


۩۞۩ سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩۞۩

"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."






Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, selamat pagi/siang/sore/malam* pembaca setia teman-teman yang tidak sengaja nyasar ke blog saya. (*nb: coret yang tidak perlu) Kembali lagi bersama saya, Annisa Miftakhul Janna. Pada kesempatan kali ini saya mengucap syukur yang lebih karena Allah, karena atas ijin-Nya saya bisa menuntaskan artikel ini.

Alhamdulillah.


       Waktu sungguh cepat berlalu. Bila kita berjalan lurus, mungkin kita tidak menyadari akan suatu perubahan. Tapi coba sekarang tengok ke belakang, semuanya telah berubah. Mungkin sebagian dari kita memegang teguh bahwa diri kita tidak berubah alias sama saja, kita yang sekarang adalah kita yang dulu. Tapi coba lihat setelah selang waktu kalian menjalani kehidupan kalian, yet everything has changed.


       Waktu berjalan begitu cepat. Time flies like a jet. Ramadhan akan pergi meninggalkan kita. Rasanya baru saja kita merasakan tarawih pertama, sahur pertama, tadarus pertama, tahajjud pertama, super-istiqomah-di-jalan-Allah pertama pada awal bulan suci Ramadhan ini. Namun sekarang lihatlah, kita semua hampir mencapai puncak bulan Ramadhan. Tak terasa, esok telah lebaran. Bulan Syawal akan menggantikan bulan Ramadhan.


       Pertama-tama saya ingin mengucapkan kepada teman-teman yang lagi membaca artikel ini,

 Taqoballahu minna wa minkum, wa shiyamana wa shiyamakum.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H.
Minal aidin wal faizin wal maqbulin.
Mohon maaf lahir dan batin.”



       Mungkin selama saya menulis, ada kata yang salah atau tidak sengaja menggambarkan kehidupan Anda. Itu semua dilandasi dengan unsur ke-tidak-sengaja-an. Mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Alhamdulillah, kita semua mulai dari 'Nol'.


       Kedua, saya ingin mengucapkan selamat tinggal pada bulan suci yang penuh berkah ini, bulan Ramadhan. Allah ya Rabbi, begitu cepat Ramadhan akan pergi meninggalkan kita. Sungguh tak ada perpisahan yang tidak menyesakan dada

“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan puasa wajib ini sebagai yang terakhir dalam hidup saya. Seandainya Engkau berketetapan sebaliknya, maka jadikanlah puasa saya ini sebagai puasa yang dirahmati bukan yang hampa semata.”

       Sang waktu kembali menunjukan kekuatannya. Bulan suci akan segera pergi, yang saya tahu hanyalah kerinduan yang tersisa. Menyisakan rindu akan shalat tarawih, rindu tausiyah para ustadz yang menyejukkan, rindu tadarrus Al-Quran di shaf-shaf dan pojok-pojok masjid, rindu segera menyelesaikan tilawah pada setiap akhir juz, rindu memperbanyak shalat-shalat sunnah; agar bisa bertemu Rasul, rindu menegakkan shalat malam, sahur dan berbuka puasa yang berbeda dari bulan-selain-Ramadhan, rindu berjuang untuk merasakan shalat khusyuk, i'tikaf, muhasabah, rindu melantunkan zikir sepanjang pagi dan sepanjang petang, rindu mereka yang berlomba menawarkan kebaikan, dan rindu berlomba bersedekah dengan umat Islam sedunia. Sebenarnya semua itu bisa dilakukan setiap hari, hanya saja...entah mengapa saat diiringi bulan Ramadhan, semua terasa berbeda. Jadi lebih giat. Dan tentunya bila berakhir, maka rindulah saya.

       Detik-detik terakhir yang penuh rakhmat sejak hilal 1 Ramadhan sampai fajar 1 Syawal, rindu malam-malam bertabur ampunan, rindu siang dan senja bertabur rakhmat dan kasih sayang Allah, rindu malam-malam tanpa setan yang dibelenggu, rindu malam istimewa seribu bulan pembakar dosa. Allaahuakbar, sungguh besar kuasa-Mu. Sesungguhnya hamba sangat kagum akan kuasa-kuasa-Mu yang sangat Agung.


       Yang ketiga, saya ingin berbagi cerita akan hikmah puasa Ramadhan saya tahun ini, semoga bisa menjadi suri tauladan. Puasa Ramadhan tahun ini mengajarkan kepada saya arti dari sebuah kesabaran, selalu bersyukur, dan keikhlasan.

       Saya akui, saya lebih senang menyendiri. Ya. Orang yang sendiri seperti saya...tidak memiliki sahabat. Bisakah Anda merasakan apabila Anda tak memiliki sahabat? Ya, itulah yang saya rasakan sekarang. Mungkin ibu saya selalu mendoakan agar nilai saya selalu baik, mungkin beliau lupa mendoakan saya agar saya tidak selalu merasa sendirian. Tetapi, no problem, saya tidak terlalu memikirkan hal itu. Saya tidak benar-benar sendiri di dunia ini. Alhamdulillah, saya masih punya Allah. Dialah satu-satunya pelitaku. Allah, hamba sungguh mencintai-Mu.
       Disaat saya terpuruk dalam masalah hidup, Allah lah yang selalu menyadarkan saya untuk tidak terlalu terbawa dalam dunia yang fana, karena akhiratku tidak membutuhkan itu. SubhanAllah... Alhamdulillah, Allah selalu bersama saya. Disaat teman-teman saya menghina saya, astagfirullahaladzim... Bila rasanya dihina seperti ini, aku berdoa kepada Allah agar Allah senantiasa menjaga lisan dan perbuatanku, agar tak sedikitpun saya menghina dan menyakiti perasaan orang lain. Saya berdoa agar mereka tidak merasakan betapa sakitnya dihina. Selama ini, Allah selalu menyadarkanku untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan seperti dalam peringatanNya kepada Nabi Muhammad. SubhanAllah, terima kasih yaAllah engkau telah menurunkan Al-Qur'an sehingga kami semua tidak tersesat.
       Allah lah yang selalu menemani dikala saya berdzikir, dikala saya bersujud ketika tiada bahu seorang sahabat untuk tempat bersandarnya kepala, Allah juga yang selalu menemani dan selalu ada disaat saya sudah tak kuasa menahan kesedihan sehingga jatuhlah nestapa ini. Allah lah yang menjadi alasan untuk bersabar, saya bersabar dan ikhlas karena-Nya. Allah selalu menemani kehidupanku yang sederhana, yang makin sederhana ketika fitnah menerpa keluargaku sehingga berubahlah keadaan kami. Saya yang semakin sengsara. Keluarga yang semakin hancur. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un... Keluarga kami tak seperti dulu lagi. Allah, hamba tahu Engkau selalu ada, Engkau Maha Adil, Engkau tak melihat hamba-hamba-Mu dari segi materi. Allah lah yang selalu menuntun saya untuk bersabar. Alhamdulillah atas kuasa Allah, rezeki selalu datang tanpa terduga. Saat saya naik ke kelas XII, saya sadar akan tanggung jawab yang akan saya pegang teguh. Saya akan mengangkat derajat kedua orang tua saya kembali. Allah...jika Engkau mengijinkanku...ijinkanlah hamba agar dapat mengabdi pada kedua orang tuaku, hamba sungguh mencintai keduanya. Tiada lagi biaya seperti dulu, saya sadar bahwa saya harus benar-benar bekerja keras. Sabar, ikhlas, dan selalu meninggalkan jejak-jejak rasa syukurku. SubhanAllah, inikah buah dari kesabaran, ya Allah? Tiba tawaran untuk mengikuti bimbingan belajar lagi, Allaahuakbar, kesabaran yang kutanam tidak sebanding dengan hasil yang bisa saya petik. Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
       Allah, hamba tahu bahwa kehidupan dunia ini hanya hiasan, hamba tidak terlalu memikirkan urusan dunia, tapi hamba selalu memikirkan kebahagiaan orang lain. Setidaknya hamba ingin berguna untuk orang lain sehingga terdapat senyum pada wajah mereka, bila Engkau ijinkan hamba, hamba akan mengabdi sepenuhnya pada orang tua, agama, bangsa, negara, dan masyarakat. Atas ijin-Mu aku berjuang, dan atas karunia-Mu aku Engkau beri semangat. Kelak... Pakaikanlah mahkota di atas kepala kedua orang tuaku, ya Rabb.

       Alhamdulillah, saya mendapat hikmah untuk 'lebih' sabar, ikhlas, dan selalu bersyukur.

      La tahzan, innAllaha ma'ana. Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita. Tak usah memikirkan urusan dunia yang merepotkan, karena dunia tidak memikirkanmu. Dunia ini fana, Akhiratlah yang kekal. Perbanyak bekal untuk akhiratmu. Apabila dunia ini hanya persinggahan, lalu mengapa kita tak perbanyak bekal untuk kehidupan yang selanjutnya?

“Lihatlah ke atas untuk berdoa dan belajar akan sesuatu hal yang baru, lihatlah ke bawah untuk rendah hati dan senantiasa bersyukur, dan lihatlah sekeliling untuk bernalar dan beradabtasi.”

Semoga bermanfaat untuk diambil hikmahnya.


       Yang keempat, untuk teman-teman khususnya yang beragama Islam...
Semoga semua amal dan ibadah kita diterima oleh Allah SWT. (aamiin...)
Semoga bila Allah menghendaki, kita akan dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadhan tahun depan. (aamiin aamiin aamiin ya Rabbal alaamiin...)
Semoga ibadah kita pada bulan ini diterima oleh Allah, dan kedepannya kita selalu ingat untuk beribadah karena Allah Ta'ala. (aaaamiiiin...)
Semoga kita semua dapat memetik hikmah dalam puasa Ramadhan kita tahun ini, dan menjadikannya suri tauladan untuk sekarang dan masa depan. (aamiin)

       SubhanAllah... Allah selalu memberi petunjuk kepada kita semua, tinggal kitanya saja; mau atau tidak memegang teguh hikmah yang telah diberikan kepada kita. Semoga saja kita bisa menjadikan hikmah tersebut menjadi suatu bekal hidup pada tahap kehidupan kita yang selanjutnya. (aamiin...)


      Terima kasih yang sebesar-besarnya.
Sekali lagi, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H, Mohon Maaf Lahir & Batin. Semoga semua amal&ibadah kita senantiasa diterima oleh Allah SWT.
Al-Fatihah...
Aamiin..

Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.


-Annisa Miftakhul Janna








Selasa, 01 Juli 2014

Guratan Bisu untuk Pak Karno


۩۞۩ سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩۞۩

"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh..






Surabaya, 1 Juli 2014


Yang Paling Terhormat,
Bapak Ir. Soekarno
di tempat yang paling indah di sana,
di sisiNya


       Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

MERDEKA!
MERDEKA!
MERDEKA!

       Bapak Ir. Soekarno yang paling saya kagumi, semoga keadaan bapak di sisiNya sekarang sampai hari itu tiba selalu bahagia karena mendapat tempat yang nyaman, Pak.
       Pak Karno, saya hanyalah seorang pelajar berumur 17 tahun yang ingin mengirim pesan sederhana ini untuk Anda. Saya hanya seorang pelajar yang tengah mencari ilmu yang akhirnya akan diabdikan kepada bangsa, agama, dan masyarakat. Saya tahu, surat ini nantinya akan membisu. Biarlah yang membisu tetap membisu.
       Pak Karno, bapak proklamator kami... Bapak proklamator bangsa Indonesia, bangsa KITA. Bapak Presiden pertama negara kami, Republik Indonesia. Bapak pahlawan bangsa. Dan...pahlawan bagi saya. Dengan beribu hormat saya tujukan kepada Anda. Pertama-tama saya ingin mewakili seluruh warga Indonesia untuk berucap banyak terima kasih, Pak. Mengapa banyak? Karena....ucapan itu tak terhitung berapa nilainya, Pak. Terima kasih karena pak Karno telah menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang utuh dan merdeka. Terima kasih karena pak Karno telah mengorbankan separuh umur Anda untuk ditahan untuk kemerdekaan bangsa ini. Terima kasih atas kesediaan Anda untuk hancur dan menderita demi kesatuan bangsa kami, Pak. Terima kasih atas segala tindakan-tindakan berjasa besar Anda untuk mengabdi kepada Nusa dan Bangsa, Pak. Sungguh, Anda telah mendapatkan tempat yang layak di sisiNya, Pak.
       Hal yang kedua yang ingin saya sendiri sampaikan kepada bapak adalah mengenai curahan hati saya kepada Indonesia yang sekarang ini, Pak. Pak Karno...pahlawan ploklamator yang sangat bersejarah, yang sangat saya kagumi akan jasa-jasanya...saya sangat kecewa dengan keadaan negeri yang sekarang ini. Orang-orang di sana haus akan kedudukan yang tinggi, haus akan kepemimpinan. Banyak fitnah dimana-mana. Semuanya saling menjatuhkan. Semuanya saling tuding-menuding. Kampanye hitam dimana-mana. Tiada niatan dalam hati kecil mereka untuk memimpin Indonesia atas dasar 'rasa cintanya kepada negeri'. Berdasar rasa ingin TULUS mengabdi kepada negeri. Tiada sosok seperti Anda...yang rela melepas jabatan agar Indonesia tetap bersatu. Walaupun saya hanya bermodal membaca dari berbagai media, perjuangan bapak yang sangat besar selalu dapat saya rasakan, Pak. Saya bisa merasakan kehancuran bapak saat 'itu'. Saya menangis membaca kata demi kata pada media tersebut. Pengorbanan bapak pada negeri ini sungguh tak akan ada yang bisa menandinginya, Pak. Negeri ini telah rindu akan sosok seperti bapak, rindu akan sosok yang bernasionalisme tinggi. Yang benar-benar mengabdi kepada negara ini, Republik Indonesia. Saya miris, Pak. Saya miris bila melihat tayangan media massa yang saling jatuh-menjatuhkan satu sama lain. Melihat saluran ini, menjatuhkan yang itu. Melihat saluran itu, menjatuhkan yang ini. Belum lagi berita kampanye hitam pada sosial media, surat kabar, majalah tanpa redaksi, video-video kontroversi, dan yang lain yang membuat miris.
       Negara ini telah merdeka, Pak. Maka tugas kamilah yang membuat negeri ini terus merdeka atas aspek-aspek di dalamnya. Pak Karno...umur saya memang masih 17tahun, saya lahir tahun 1997. Memang benar, saya belum pernah melihat sosok bapak secara asli. Tapi, Pak...saya sangat mengagumi bapak. Saya ingin menghaturkan salam terhormat saya pada sesama untuk bapak, setelah salam terhormat saya pada Tuhan dan orang tua saya. Andai saja saya bisa bertemu langsung dengan Anda.
       Pak Karno, pahlawan besar yang telah menghentikan derita rakyat karena dijajah, pahlawan besar yang telah menyatukan hati seluruh bangsa...saya selalu mendoakan bapak agar seluruh pengorbanan dan pengabdian bapak pada bangsa yang tak terbalas di dunia, terbalas di alam sana oleh Allah SWT. Walau di dunia bapak tak mendapat balasan atas jasanya orang besar seperti bapak, biar Allah saja, Pak..yang membalasnya. Dunia di sana kekal abadi. Saya selalu mendoakan agar bapak mendapatkan tempat yang layak di sana.


       Saya sadar, Pak. Bahwa bapak tak akan pernah membaca surat ini. Saya membiarkan surat sederhana yang bisu ini tak akan terbaca oleh Anda. Biarkan tangisan saya ini menjadi saksi bisu akan betapa hormatnya saya kepada Anda. Akan betapa kagumnya saya kepada pengabdian tulus berdasar kecintaan bapak terhadap bumi pertiwi ini, Pak. Satu keinginan saya, Pak.. Indonesia bersatu dalam damai. 

Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh





Dengan hormat,



Annisa MJ