۩۞۩ سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩۞۩
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
|
Assalamu'alaikum wa rahmatullahi
wa barakatuh, selamat pagi/siang/sore/malam* pembaca
setia teman-teman yang tidak
sengaja nyasar ke blog saya. (*nb: coret yang tidak perlu) Kembali lagi bersama
saya, Annisa Miftakhul Janna. Pada kesempatan kali ini saya mengucap syukur
yang lebih karena Allah, karena atas ijin-Nya saya bisa menuntaskan artikel ini.
Alhamdulillah.
Waktu
sungguh cepat berlalu. Bila kita berjalan lurus, mungkin kita tidak menyadari
akan suatu perubahan. Tapi coba sekarang tengok ke belakang, semuanya telah
berubah. Mungkin sebagian dari kita memegang teguh bahwa diri kita tidak
berubah alias sama saja, kita yang sekarang adalah kita yang dulu. Tapi coba
lihat setelah selang waktu kalian menjalani kehidupan kalian, yet everything has changed.
Waktu
berjalan begitu cepat. Time
flies like a jet. Ramadhan akan pergi meninggalkan kita. Rasanya baru saja
kita merasakan tarawih pertama, sahur pertama, tadarus pertama, tahajjud
pertama, super-istiqomah-di-jalan-Allah pertama pada awal bulan suci Ramadhan
ini. Namun sekarang lihatlah, kita semua hampir mencapai puncak bulan Ramadhan.
Tak terasa, esok telah lebaran. Bulan Syawal akan menggantikan bulan Ramadhan.
Pertama-tama saya ingin mengucapkan kepada teman-teman yang lagi membaca
artikel ini,
“Taqoballahu minna wa minkum, wa
shiyamana wa shiyamakum.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H.
Minal aidin wal faizin wal maqbulin.
Mohon maaf lahir dan batin.”
Mungkin selama saya menulis, ada kata yang salah atau tidak sengaja
menggambarkan kehidupan Anda. Itu semua dilandasi dengan unsur
ke-tidak-sengaja-an. Mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Alhamdulillah, kita
semua mulai dari 'Nol'.
Kedua, saya ingin mengucapkan selamat tinggal pada bulan suci yang penuh
berkah ini, bulan Ramadhan. Allah ya Rabbi, begitu cepat Ramadhan akan pergi
meninggalkan kita. Sungguh tak ada perpisahan yang tidak menyesakan dada
“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan puasa
wajib ini sebagai yang terakhir dalam hidup saya. Seandainya Engkau
berketetapan sebaliknya, maka jadikanlah puasa saya ini sebagai puasa yang
dirahmati bukan yang hampa semata.”
Sang
waktu kembali menunjukan kekuatannya. Bulan suci akan segera pergi, yang saya
tahu hanyalah kerinduan yang tersisa. Menyisakan rindu akan shalat tarawih,
rindu tausiyah para ustadz yang menyejukkan, rindu tadarrus Al-Quran di
shaf-shaf dan pojok-pojok masjid, rindu segera menyelesaikan tilawah pada
setiap akhir juz, rindu memperbanyak shalat-shalat sunnah; agar bisa bertemu
Rasul, rindu menegakkan shalat malam, sahur dan berbuka puasa yang berbeda dari
bulan-selain-Ramadhan, rindu berjuang untuk merasakan shalat khusyuk, i'tikaf,
muhasabah, rindu melantunkan zikir sepanjang pagi dan sepanjang petang, rindu
mereka yang berlomba menawarkan kebaikan, dan rindu berlomba bersedekah dengan
umat Islam sedunia. Sebenarnya semua itu bisa dilakukan setiap hari, hanya
saja...entah mengapa saat diiringi bulan Ramadhan, semua terasa berbeda. Jadi
lebih giat. Dan tentunya bila berakhir, maka rindulah saya.
Detik-detik terakhir yang penuh rakhmat sejak hilal 1 Ramadhan sampai
fajar 1 Syawal, rindu malam-malam bertabur ampunan, rindu siang dan senja
bertabur rakhmat dan kasih sayang Allah, rindu malam-malam tanpa setan yang
dibelenggu, rindu malam istimewa seribu bulan pembakar dosa. Allaahuakbar, sungguh besar kuasa-Mu.
Sesungguhnya hamba sangat kagum akan kuasa-kuasa-Mu yang sangat Agung.
Yang
ketiga, saya ingin berbagi cerita akan hikmah puasa Ramadhan saya tahun ini,
semoga bisa menjadi suri tauladan. Puasa Ramadhan tahun ini mengajarkan kepada
saya arti dari sebuah kesabaran, selalu bersyukur, dan keikhlasan.
Saya
akui, saya lebih senang menyendiri. Ya. Orang yang sendiri seperti saya...tidak
memiliki sahabat. Bisakah Anda merasakan apabila Anda tak memiliki sahabat? Ya,
itulah yang saya rasakan sekarang. Mungkin ibu saya selalu mendoakan agar nilai
saya selalu baik, mungkin beliau lupa mendoakan saya agar saya tidak selalu
merasa sendirian. Tetapi, no
problem, saya tidak terlalu memikirkan hal itu. Saya tidak benar-benar
sendiri di dunia ini. Alhamdulillah,
saya masih punya Allah. Dialah satu-satunya pelitaku. Allah, hamba sungguh
mencintai-Mu.
Disaat saya terpuruk dalam masalah hidup, Allah lah yang selalu
menyadarkan saya untuk tidak terlalu terbawa dalam dunia yang fana, karena
akhiratku tidak membutuhkan itu. SubhanAllah...
Alhamdulillah, Allah selalu bersama saya. Disaat teman-teman saya menghina
saya, astagfirullahaladzim...
Bila rasanya dihina seperti ini, aku berdoa kepada Allah agar Allah senantiasa
menjaga lisan dan perbuatanku, agar tak sedikitpun saya menghina dan menyakiti
perasaan orang lain. Saya berdoa agar mereka tidak merasakan betapa sakitnya
dihina. Selama ini, Allah selalu menyadarkanku untuk tidak berlarut-larut dalam
kesedihan seperti dalam peringatanNya kepada Nabi Muhammad. SubhanAllah, terima kasih
yaAllah engkau telah menurunkan Al-Qur'an sehingga kami semua tidak tersesat.
Allah
lah yang selalu menemani dikala saya berdzikir, dikala saya bersujud ketika
tiada bahu seorang sahabat untuk tempat bersandarnya kepala, Allah juga yang
selalu menemani dan selalu ada disaat saya sudah tak kuasa menahan kesedihan
sehingga jatuhlah nestapa ini. Allah lah yang menjadi alasan untuk bersabar,
saya bersabar dan ikhlas karena-Nya. Allah selalu menemani kehidupanku yang
sederhana, yang makin sederhana ketika fitnah menerpa keluargaku sehingga
berubahlah keadaan kami. Saya yang semakin sengsara. Keluarga yang semakin
hancur. Inna lillahi wa inna
ilaihi raji'un... Keluarga kami tak seperti dulu lagi. Allah, hamba tahu
Engkau selalu ada, Engkau Maha Adil, Engkau tak melihat hamba-hamba-Mu dari
segi materi. Allah lah yang selalu menuntun saya untuk bersabar. Alhamdulillah atas kuasa Allah, rezeki selalu datang
tanpa terduga. Saat saya naik ke kelas XII, saya sadar akan tanggung jawab yang
akan saya pegang teguh. Saya akan mengangkat derajat kedua orang tua saya
kembali. Allah...jika Engkau mengijinkanku...ijinkanlah hamba agar dapat
mengabdi pada kedua orang tuaku, hamba sungguh mencintai keduanya. Tiada lagi
biaya seperti dulu, saya sadar bahwa saya harus benar-benar bekerja keras.
Sabar, ikhlas, dan selalu meninggalkan jejak-jejak rasa syukurku. SubhanAllah, inikah buah dari
kesabaran, ya Allah? Tiba tawaran untuk mengikuti bimbingan belajar lagi, Allaahuakbar, kesabaran yang
kutanam tidak sebanding dengan hasil yang bisa saya petik. Saya tidak akan
menyia-nyiakan kesempatan ini.
Allah, hamba tahu bahwa kehidupan dunia ini hanya hiasan, hamba tidak
terlalu memikirkan urusan dunia, tapi hamba selalu memikirkan kebahagiaan orang
lain. Setidaknya hamba ingin berguna untuk orang lain sehingga terdapat senyum
pada wajah mereka, bila Engkau ijinkan hamba, hamba akan mengabdi sepenuhnya
pada orang tua, agama, bangsa, negara, dan masyarakat. Atas ijin-Mu aku
berjuang, dan atas karunia-Mu aku Engkau beri semangat. Kelak... Pakaikanlah
mahkota di atas kepala kedua orang tuaku, ya Rabb.
Alhamdulillah,
saya mendapat hikmah untuk 'lebih' sabar, ikhlas, dan selalu bersyukur.
La
tahzan, innAllaha ma'ana. Jangan bersedih, sesungguhnya Allah
bersama kita. Tak usah memikirkan urusan dunia yang merepotkan, karena dunia
tidak memikirkanmu. Dunia ini fana, Akhiratlah yang kekal. Perbanyak bekal
untuk akhiratmu. Apabila dunia ini hanya persinggahan, lalu mengapa kita tak
perbanyak bekal untuk kehidupan yang selanjutnya?
“Lihatlah ke atas untuk berdoa dan belajar
akan sesuatu hal yang baru, lihatlah ke bawah untuk rendah hati dan senantiasa
bersyukur, dan lihatlah sekeliling untuk bernalar dan beradabtasi.”
Semoga bermanfaat untuk diambil
hikmahnya.
Yang
keempat, untuk teman-teman khususnya yang beragama Islam...
Semoga semua amal dan ibadah
kita diterima oleh Allah SWT. (aamiin...)
Semoga bila Allah menghendaki,
kita akan dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadhan tahun depan. (aamiin
aamiin aamiin ya Rabbal alaamiin...)
Semoga ibadah kita pada bulan
ini diterima oleh Allah, dan kedepannya kita selalu ingat untuk beribadah
karena Allah Ta'ala. (aaaamiiiin...)
Semoga kita semua dapat memetik
hikmah dalam puasa Ramadhan kita tahun ini, dan menjadikannya suri tauladan
untuk sekarang dan masa depan. (aamiin)
SubhanAllah...
Allah selalu memberi petunjuk kepada kita semua, tinggal kitanya saja; mau atau
tidak memegang teguh hikmah yang telah diberikan kepada kita. Semoga saja kita
bisa menjadikan hikmah tersebut menjadi suatu bekal hidup pada tahap kehidupan
kita yang selanjutnya. (aamiin...)
Terima
kasih yang sebesar-besarnya.
Sekali lagi, Selamat Hari Raya
Idul Fitri 1435 H, Mohon Maaf Lahir & Batin. Semoga semua amal&ibadah
kita senantiasa diterima oleh Allah SWT.
Al-Fatihah...
Aamiin..
Wassalamu'alaikum wa
rahmatullahi wa barakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar