Selasa, 01 Juli 2014

Guratan Bisu untuk Pak Karno


۩۞۩ سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩۞۩

"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh..






Surabaya, 1 Juli 2014


Yang Paling Terhormat,
Bapak Ir. Soekarno
di tempat yang paling indah di sana,
di sisiNya


       Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

MERDEKA!
MERDEKA!
MERDEKA!

       Bapak Ir. Soekarno yang paling saya kagumi, semoga keadaan bapak di sisiNya sekarang sampai hari itu tiba selalu bahagia karena mendapat tempat yang nyaman, Pak.
       Pak Karno, saya hanyalah seorang pelajar berumur 17 tahun yang ingin mengirim pesan sederhana ini untuk Anda. Saya hanya seorang pelajar yang tengah mencari ilmu yang akhirnya akan diabdikan kepada bangsa, agama, dan masyarakat. Saya tahu, surat ini nantinya akan membisu. Biarlah yang membisu tetap membisu.
       Pak Karno, bapak proklamator kami... Bapak proklamator bangsa Indonesia, bangsa KITA. Bapak Presiden pertama negara kami, Republik Indonesia. Bapak pahlawan bangsa. Dan...pahlawan bagi saya. Dengan beribu hormat saya tujukan kepada Anda. Pertama-tama saya ingin mewakili seluruh warga Indonesia untuk berucap banyak terima kasih, Pak. Mengapa banyak? Karena....ucapan itu tak terhitung berapa nilainya, Pak. Terima kasih karena pak Karno telah menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang utuh dan merdeka. Terima kasih karena pak Karno telah mengorbankan separuh umur Anda untuk ditahan untuk kemerdekaan bangsa ini. Terima kasih atas kesediaan Anda untuk hancur dan menderita demi kesatuan bangsa kami, Pak. Terima kasih atas segala tindakan-tindakan berjasa besar Anda untuk mengabdi kepada Nusa dan Bangsa, Pak. Sungguh, Anda telah mendapatkan tempat yang layak di sisiNya, Pak.
       Hal yang kedua yang ingin saya sendiri sampaikan kepada bapak adalah mengenai curahan hati saya kepada Indonesia yang sekarang ini, Pak. Pak Karno...pahlawan ploklamator yang sangat bersejarah, yang sangat saya kagumi akan jasa-jasanya...saya sangat kecewa dengan keadaan negeri yang sekarang ini. Orang-orang di sana haus akan kedudukan yang tinggi, haus akan kepemimpinan. Banyak fitnah dimana-mana. Semuanya saling menjatuhkan. Semuanya saling tuding-menuding. Kampanye hitam dimana-mana. Tiada niatan dalam hati kecil mereka untuk memimpin Indonesia atas dasar 'rasa cintanya kepada negeri'. Berdasar rasa ingin TULUS mengabdi kepada negeri. Tiada sosok seperti Anda...yang rela melepas jabatan agar Indonesia tetap bersatu. Walaupun saya hanya bermodal membaca dari berbagai media, perjuangan bapak yang sangat besar selalu dapat saya rasakan, Pak. Saya bisa merasakan kehancuran bapak saat 'itu'. Saya menangis membaca kata demi kata pada media tersebut. Pengorbanan bapak pada negeri ini sungguh tak akan ada yang bisa menandinginya, Pak. Negeri ini telah rindu akan sosok seperti bapak, rindu akan sosok yang bernasionalisme tinggi. Yang benar-benar mengabdi kepada negara ini, Republik Indonesia. Saya miris, Pak. Saya miris bila melihat tayangan media massa yang saling jatuh-menjatuhkan satu sama lain. Melihat saluran ini, menjatuhkan yang itu. Melihat saluran itu, menjatuhkan yang ini. Belum lagi berita kampanye hitam pada sosial media, surat kabar, majalah tanpa redaksi, video-video kontroversi, dan yang lain yang membuat miris.
       Negara ini telah merdeka, Pak. Maka tugas kamilah yang membuat negeri ini terus merdeka atas aspek-aspek di dalamnya. Pak Karno...umur saya memang masih 17tahun, saya lahir tahun 1997. Memang benar, saya belum pernah melihat sosok bapak secara asli. Tapi, Pak...saya sangat mengagumi bapak. Saya ingin menghaturkan salam terhormat saya pada sesama untuk bapak, setelah salam terhormat saya pada Tuhan dan orang tua saya. Andai saja saya bisa bertemu langsung dengan Anda.
       Pak Karno, pahlawan besar yang telah menghentikan derita rakyat karena dijajah, pahlawan besar yang telah menyatukan hati seluruh bangsa...saya selalu mendoakan bapak agar seluruh pengorbanan dan pengabdian bapak pada bangsa yang tak terbalas di dunia, terbalas di alam sana oleh Allah SWT. Walau di dunia bapak tak mendapat balasan atas jasanya orang besar seperti bapak, biar Allah saja, Pak..yang membalasnya. Dunia di sana kekal abadi. Saya selalu mendoakan agar bapak mendapatkan tempat yang layak di sana.


       Saya sadar, Pak. Bahwa bapak tak akan pernah membaca surat ini. Saya membiarkan surat sederhana yang bisu ini tak akan terbaca oleh Anda. Biarkan tangisan saya ini menjadi saksi bisu akan betapa hormatnya saya kepada Anda. Akan betapa kagumnya saya kepada pengabdian tulus berdasar kecintaan bapak terhadap bumi pertiwi ini, Pak. Satu keinginan saya, Pak.. Indonesia bersatu dalam damai. 

Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh





Dengan hormat,



Annisa MJ








Tidak ada komentar:

Posting Komentar