Jumat, 29 Mei 2015

Dear Future Husband


۩۞۩ سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩۞۩

"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."

Assalamu'alaikum Wa rahmatullahi Wa Barakatuh..


namamu masih sering kusebut
dalam bingkisan do'a ku
namamu yang masih ku simpan
dalam memori tersendiri dalam ingatanku
namamu yang tak bisa kutinggalkan
saat aku memohon dan meminta kepada Rabbku
             sebuah nama yang entah itu akan Allah pertemukan dan satukan denganku
             hanya Allah Yang Maha Tahu
saat ini memang aku jauh dari dirimu
bahkan melihatmu pun aku tak mampu
saat ini memang aku tak selalu ada
untuk menemani dan mendampingimu
             engkau yang jauh di mata namun dekat dalam do'aku
             engkau yang mungkin pernah bertemu denganku
             namun Allah belum izinkan untuk bersatu
tanpa kau meminta..aku selalu mendoakanmu
mendoakan keberhasilan dan proses memperbaiki dirimu
untuk menjadi pangeran bertaqwaku karena Allah
semoga Allah selalu menjaga hati, niat, dan iman kita
untuk mengejar ridhoNya selalu
             sebuah nama yang ku sebut adalah
             untuk kamu..jodoh calon imamku
entah dimana
entah kapan
entah seperti apa caranya bertemu
dan entah siapapun itu
aku menunggu dalam penantianku
entah pula jodohku yang akan menjemput lebih dulu
atau maut yg menghapiriku terlebih dahulu
             yang aku tahu ketika aku disni memperbaiki diriku
             saat itu pula Allah memperbaiki dirimu
             yang aku tahu jika maut menjemputku lebih dulu
             mungkin Allah pertemukan aku dengan dirimu
             ditempat yang Allah janjikan untukku  

       Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, untukmu calon imamku dimanapun kamu berada. Semoga kamu selalu dalam lindungan Allah...aamiin. Saat ini mungkin kita belum dipertemukan Allah atas ridhoNya. Tapi yakinlah, tulang rusukmu yang ada padaku saat ini inshaAllah akan kujaga sekuat tenaga hingga Allah mempertemukan kita dengan caraNya. Aku tidak tahu apa-apa. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya, apakah kita pernah berbicara sepatah dua kata, apakah kita pernah tersenyum satu sama lain, apakah kita pernah merangkai sebuah kisah yang kita tak tahu. Hanya Allah-lah Yang Maha Tahu.

       Wahai seseorang yang telah tertulis dalam Lauhul Mahfudzku, imamku, dan ayah anak-anakku kelak...perjalanan kita masih panjang. Aku baru saja akan menginjak bangku kuliah. Bagaimana dengamu? Apa engkau juga baru menginjak bangku kuliah? Ataukah sudah mendahuluiku beberapa semester? Masih banyak kewajiban-kewajiban yang harus aku penuhi dalam penantianku. Masih banyak perbaikan-perbaikan diri untuk memantaskanku di hadapanmu kelak.


       Penantian memang bukanlah sesuatu yang mudah. Melatih kesabaran dan menjaga diri agar tetap istiqomah pasti memiliki banyak rintangan. Namun bisa jadi dengan begitulah Allah ingin menguji kita seberapa besar kecintaan kita padaNya, terlebih dalam hal menanti dalam taat. Mungkin saja dirimu kini telah ada di level yang lebih tinggi dariku hingga aku harus terus berjuang memantaskan diri untuk pantas mendampingimu, atau mungkin sebaliknya. Itulah mengapa kita harus terus berusaha memantaskan diri satu sama lain, hingga kita berada di level yang sama dan waktu yang tepat, inshaaAllaah. Saat penantian ini, apa yang paling kau harapkan dari diriku?

        Dear my future husband, jika Allah memilihmu untukku nanti, tolong cintai aku karena Allah. Calon Pangeran Surgaku, kelak aku akan merindukanmu melantunkan sholawat indah, menjadi imam di setiap sholat berjamaah kita, mengkoreksi hafalan ataupun bacaan Qur’an, membetulkan posisi mukena ataupun kerudung yang kupakai atau nasehat-nasehat yang menentramkan setiap amarah dan kegalauan. Bimbinglah aku, agar kelak aku dapat mengenalmu secara utuh. Tetaplah yakin dan berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki diri dalam penantian ini.


       Aku percaya kamu sedang memperbaiki dirimu pula. Memantaskan dirimu hingga Allah menginjinkan kita untuk bertemu. Aku percaya bahwa kamu sedang menempa beribu cobaan untuk mencapai cita-citamu. Aku percaya bahwa kamu sedang mengkaji, belajar ilmu dunia, terutama ilmu akhirat. Aku percaya bahwa Al-Qur'an selalu ada di hatimu, selalu terucap dari bibirmu, dan dzikir selalu melantun menemani langkah jihadmu.

       Begitu pula aku, aku sedang belajar. Belajar menempa diri dari ego dunia. Belajar membaktikan diri agar menjadi berguna bagi nusa, bangsa, dan seluruh orang yang ada di muka bumi. Belajar meniti cita-citaku menjadi biotech researcher. Belajar ilmu dunia, terutama ilmu akhirat. Belajar untuk menundukkan pandanganku, menjaga hati serta pikiranku. Meskipun kau adalah imam bagi anak-anakku, ibu adalah madrasah pertama bagi mujahidah kecilnya nanti. Aku sedang menempa diri, untuk menjadi seorang Khadijah untukmu, yang menjadi tempatmu membagi resah. Seseorang yang kau datang padanya, saat kau tak tahu lagi akan datang pada siapa. Seseorang  yang menguatkanmu dan menggenggam selalu tanganmu dalam perjalanan jihadmu. Akupun ingin menjadi ‘aisyahmu, seorang yang membuatmu tersenyum dan kembali ceria saat penatmu mulai datang, seseorang yang menyerap ilmu darimu dengan sempurna dan membenarkan apa-apa yang salah dalam lakumu. Aku ingin menjadi Fatimahmu, yang selalu sabar mendampingimu. Aku ingin menjadi seperti Siti Hajarmu, yang tak gentar saat kau tinggalkan di padang pasir tandus dengan seorang bayi mungil di pelukan. Tak takut akan kehilanganmu, karna keyakinanku pada Rabbku lebih besar daripada yakinku padamu. Cintaku padamu, tak akan mengalahkan cintaku pada Rabbku. Usahaku tidaklah mudah, aku yakin, begitu juga dengan usahamu.


       Duhai calon imamku, engkaulah rahasia terbesarku. Kehadiranmu kelak akan sempurnakan hidupku, sempurnakan separuh agamaku. Maka bimbing aku dalam sabarmu. Biarkanlah kekurangan-kekurangan dalam diri kita dapat disempurnakan oleh kita satu sama lain. Jika kelak telah mengenalku dan hidup bersama kemudian ada tutur kata atau perilaku yang kurang kau senangi dariku, tolong maafkanlah aku. Pasti kau juga tau bahwa di dunia ini tak ada makhluk Allah yang diciptakan sempurna, maka dari itulah kita dijodohkan untuk saling menyempurnakan. Jangan bosan-bosan untuk saling menasehati, untuk tumbuh bersama dan berusaha untuk menjadi hambaNya yang lebih baik dan lebih baik lagi dari hari ke hari.


        Seseorang yang telah tertulis dalam Lauhul Mahfudzku, aku selalu mendoakan agar kamu selalu berada di jalan Allah. Jangan sampai kamu salah memilih jalan. Jagalah dirimu dari hal-hal yang dilarang agama. Berusahalah membahagiakan orang tuamu. Jaga sikap dan tutur katamu. Aku yakin bahwa kamu orang yang sabar. Tetap semangat dan jangan putus asa dalam hijrahmu. Jika siang berganti malam dan malam berganti siang, jangan lupa panjatkan doa padaNya, bersyukur dengan berucap "Alkhamdulillah". Jika kelak aku belum seperti Khadijahmu, Aisyahmu, Fatimahmu, maupun Siti Hajarmu, maka..bimbinglah aku agar aku dapat menjadi seperti mereka di matamu.
 
       Segala resah, inshaAllaah akan menuai berkah. Hingga tiba hari yang indah. Berserahlah kepada Allah, nantikan janji Allah yang pasti hingga kau pantas. Mohonlah ridho kepada Allah seperti hamba-hambaNya yang menanti dalam taat. Jangan pernah kau merasa sendirian, sebab kau selalu bersama Allah hingga waktu itu tiba. Semoga kita bisa terus beristiqomah menanti dalam taat karenaNya ya... aamiin.

"Ya muqallibal quluubi tsabbit quluubanaa 'ala diinika."
"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami atas agamaMu."





1 komentar:

Annisa Miftakhul Janna mengatakan...

semoga bermanfaat :)

Posting Komentar