Sabtu, 24 Juni 2017

Ramadhan Bergegas Pergi


۩بسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩


"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."




       Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, selamat pagi/siang/sore/malam* pembaca setia teman-teman yang tidak sengaja nyasar ke blog saya. (*nb: coret yang tidak perlu) Kembali lagi bersama saya, Annisa Miftakhul Janna. Pada kesempatan kali ini saya mengucap syukur yang lebih karena Allah, karena atas ijin-Nya saya bisa menuntaskan artikel ini.


Alhamdulillah.


       Waktu sungguh cepat berlalu. Bila kita berjalan lurus, mungkin kita tidak menyadari akan suatu perubahan. Tapi coba sekarang tengok ke belakang, semuanya telah berubah. Mungkin sebagian dari kita memegang teguh bahwa diri kita tidak berubah alias sama saja, kita yang sekarang adalah kita yang dulu. Tapi coba lihat setelah selang waktu kalian menjalani kehidupan kalian, yet everything has changed.


       Waktu berjalan begitu cepat. Time flies like a jet. Ramadhan akan pergi meninggalkan kita. Rasanya baru saja kita merasakan tarawih pertama, sahur pertama, tadarus pertama, tahajjud pertama, super-istiqomah-di-jalan-Allah pertama pada awal bulan suci Ramadhan ini. Namun sekarang lihatlah, kita semua hampir mencapai puncak bulan Ramadhan. Tak terasa, esok telah lebaran. Bulan Syawal akan menggantikan bulan Ramadhan.


       Pertama-tama saya ingin mengucapkan kepada teman-teman yang lagi membaca artikel ini,


 “Taqoballahu minna wa minkum, wa shiyamana wa shiyamakum.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H.

Minal aidin wal faizin wal maqbulin.

Mohon maaf lahir dan batin.”


      Mungkin selama saya menulis, ada kata yang salah atau tidak sengaja menggambarkan kehidupan Anda. Itu semua dilandasi dengan unsur ke-tidak-sengaja-an. Mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Alhamdulillah, kita semua mulai dari 'Nol'.


       Kedua, saya ingin mengucapkan selamat tinggal pada bulan suci yang penuh berkah ini, bulan Ramadhan. Allah ya Rabbi, begitu cepat Ramadhan akan pergi meninggalkan kita. Sungguh tak ada perpisahan yang tidak menyesakan dada


“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan puasa wajib ini sebagai yang terakhir dalam hidup saya. Seandainya Engkau berketetapan sebaliknya, maka jadikanlah puasa saya ini sebagai puasa yang dirahmati bukan yang hampa semata.”


       Sang waktu kembali menunjukan kekuatannya. Bulan suci akan segera pergi, yang saya tahu hanyalah kerinduan yang tersisa. Menyisakan rindu akan shalat tarawih, rindu tausiyah para ustadz yang menyejukkan, rindu tadarrus Al-Quran di shaf-shaf dan pojok-pojok masjid, rindu segera menyelesaikan tilawah pada setiap akhir juz, rindu memperbanyak shalat-shalat sunnah; agar bisa bertemu Rasul, rindu menegakkan shalat malam, sahur dan berbuka puasa yang berbeda dari bulan-selain-Ramadhan, rindu berjuang untuk merasakan shalat khusyuk, i'tikaf, muhasabah, rindu melantunkan zikir sepanjang pagi dan sepanjang petang, rindu mereka yang berlomba menawarkan kebaikan, dan rindu berlomba bersedekah dengan umat Islam sedunia. Sebenarnya semua itu bisa dilakukan setiap hari, hanya saja...entah mengapa saat diiringi bulan Ramadhan, semua terasa berbeda. Jadi lebih giat. Dan tentunya bila berakhir, maka rindulah saya.


       Detik-detik terakhir yang penuh rakhmat sejak hilal 1 Ramadhan sampai fajar 1 Syawal, rindu malam-malam bertabur ampunan, rindu siang dan senja bertabur rakhmat dan kasih sayang Allah, rindu malam-malam tanpa setan yang dibelenggu, rindu malam istimewa seribu bulan pembakar dosa. Allaahuakbar, sungguh besar kuasa-Mu. Sesungguhnya hamba sangat kagum akan kuasa-kuasa-Mu yang sangat Agung.



       Yang ketiga, saya ingin berbagi cerita akan hikmah puasa Ramadhan saya tahun ini, semoga bisa menjadi suri tauladan. Puasa Ramadhan tahun ini mengajarkan kepada saya arti dari sebuah kesabaran, selalu bersyukur, dan keikhlasan. Dan juga menghargai siapapun yang sedang berbicara di depan kelas. Siapapun. Tua maupun muda. Dosen maupun mahasiswa.

       Akhir-akhir ini saya mendapat hidayah dari seorang ustadz yang memposting dakwahnya melalui video. Saya sangat terinspirasi dengan video-videonya. Dengan videonya itu, saya jadi lebih mengenal Nabi Muhammad SAW. Perjalanan hijrah dan istiqomahku diiringi wedjangan-wedjangan yang selalu mengingatkanku akan Allah dan Rasul Allah, Muhammad SAW.

       Pada bulan Ramadhan ini, alhamdulillah saya mendapat banyak barokah. Yang awalnya ngaji setengah-setengah, pada bulan ini saya satu hari ngaji satu juz. Selama ini, Allah selalu menyadarkanku untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan seperti dalam peringatanNya kepada Nabi Muhammad. SubhanAllah, terima kasih yaAllah engkau telah menurunkan Al-Qur'an sehingga kami semua tidak tersesat.


       Suatu ketika saat saya sedang menjalankan perkuliahan, ada seorang dosen yang marah pada mahasiswanya. Marah. Sebab mahasiswanya tak mengerti secuilpun apa yang diterangkan beliau. Sebab dia sedang asyik ngobrol dengan temannya. Hal ini membuat saya berpikir bahwa setiap orang yang berdiri. Sedang berbicara kepada kita. Wajib bagi kita untuk mendengarkannya. Hargailah seseorang, maka kau akan dihargai.

       Sayapun bersyukur pula, karena teman-teman saya di kampus sangat menghargai saya. Mereka semua baik. Walau ada beberapa yang tak baik. Saya memiliki banyak teman di kampus, walaupun saya masih suka pergi kemana-mana seorang diri. Teman. Satu hal yang patut disyukuri. Teman. Satu hal yang tak kudapat ketika diri ini masih menduduki sekolah menengah atas. Tapi...saya sudah ikhlas memaafkan mereka yang menyakitiku.

       Disaat saya terpuruk dalam masalah hidup...keduniawian..Allah lah yang selalu menyadarkan saya untuk tidak terlalu terbawa dalam dunia yang fana, karena akhiratku tidak membutuhkan itu. SubhanAllah... Alhamdulillah, Allah selalu bersama saya. Disaat saya melihat orang lain menghina orang lainnya, astagfirullahaladzim... Bila melihat bagaimana rasanya dihina seperti itu, aku berdoa kepada Allah agar Allah senantiasa menjaga lisan dan perbuatanku, agar tak sedikitpun saya menghina dan menyakiti perasaan orang lain. Saya berdoa agar mereka tidak merasakan betapa sakitnya dihina. Karena saya tahu persis rasanya dihina seperti apa.

       Saya tahu.. Saya tidak benar-benar sendiri di dunia ini. Alhamdulillah, saya masih punya Allah. Dialah satu-satunya pelitaku. Allah, hamba sungguh mencintai-Mu.

       Allah lah yang selalu menemani dikala saya berdzikir, dikala saya bersujud ketika tiada bahu untuk tempat bersandarnya kepala, Allah juga yang selalu menemani dan selalu ada disaat saya sudah tak kuasa menahan kesedihan sehingga jatuhlah nestapa ini. Allah lah yang menjadi alasan untuk bersabar, saya bersabar dan ikhlas karena-Nya. Allah selalu menemani kehidupanku yang sederhana. Untuk mensyukuri hikmah di balik ujian, ucapkan "Alhamdulillah", baru.. "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un..." Allah, hamba tahu Engkau selalu ada, Engkau Maha Adil, Engkau tak melihat hamba-hamba-Mu dari segi materi. Allah lah yang selalu menuntun saya untuk bersabar. Sabar, ikhlas, dan selalu meninggalkan jejak-jejak rasa syukurku. SubhanAllah, inikah buah dari kesabaran, ya Allah? Allaahuakbar, kesabaran yang kutanam tidak sebanding dengan hasil yang bisa saya petik. Menjadi pribadi yang suka bersyukur itu perlu kebiasaan. InsyaAllah progress diri ini tak akan berhenti seiring berhentinya pula Ramadhan. Hingga kita bertemu lagi, insyaAllah...diri ini akan menjemputmu kembali dengan ketaatan.


       Alhamdulillah, saya mendapat hikmah untuk 'lebih' sabar, ikhlas, dan selalu bersyukur.


      La tahzan, innAllaha ma'ana. Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita. Tak usah memikirkan urusan dunia yang merepotkan, karena dunia tidak memikirkanmu. Dunia ini fana, Akhiratlah yang kekal. Perbanyak bekal untuk akhiratmu. Apabila dunia ini hanya persinggahan, lalu mengapa kita tak perbanyak bekal untuk kehidupan yang selanjutnya?


“Lihatlah ke atas untuk berdoa dan belajar akan sesuatu hal yang baru, lihatlah ke bawah untuk rendah hati dan senantiasa bersyukur, dan lihatlah sekeliling untuk bernalar dan beradabtasi.”


Semoga bermanfaat untuk diambil hikmahnya.


       Yang keempat, untuk teman-teman khususnya yang beragama Islam...

Semoga semua amal dan ibadah kita diterima oleh Allah SWT. (aamiin...)

Semoga bila Allah menghendaki, kita akan dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadhan tahun depan. (aamiin aamiin aamiin ya Rabbal alaamiin...)

Semoga ibadah kita pada bulan ini diterima oleh Allah, dan kedepannya kita selalu ingat untuk beribadah karena Allah Ta'ala. (aaaamiiiin...)

Semoga kita semua dapat memetik hikmah dalam puasa Ramadhan kita tahun ini, dan menjadikannya suri tauladan untuk sekarang dan masa depan. (aamiin)

Kelak... Pakaikanlah mahkota di atas kepala kedua orang tua kami, ya Rabb. (Aaaamiiiin)

       SubhanAllah... Allah selalu memberi petunjuk kepada kita semua, tinggal kitanya saja; mau atau tidak memegang teguh hikmah yang telah diberikan kepada kita. Semoga saja kita bisa menjadikan hikmah tersebut menjadi suatu bekal hidup pada tahap kehidupan kita yang selanjutnya. (aamiin...)


      Terima kasih yang sebesar-besarnya.

Sekali lagi, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H, Mohon Maaf Lahir & Batin. Semoga semua amal&ibadah kita senantiasa diterima oleh Allah SWT.


Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.



-Annisa Miftakhul Janna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar