Rabu, 15 Mei 2013

Sahabat Penuh Misteri (Tugas Membuat Cerpen)



۩۞۩ سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩۞۩

"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh..


Sahabat Penuh Misteri


Angin kencang berhembus meliuk-liuk menerbangkan dedaunan dan ranting membuat pohon-pohon menari-nari ke sana kemari. Daun jendela terbentur berulang-ulang. Menyisakan suara yang kian berisik. Hari yang cerah untuk jiwa yang sepi. Anton membiarkan lagu Peterpan mengalun pada langit di kala senja yang seakan mewarnai kota. Hari ini memang nikmat dengan segelas kopi hangat. Di beranda tua itu ia biarkan burung-burung bernyanyi, daun-daun menari. Anton samar-samar melihat temannya, Dhika tengah menyapa dari kejauhan. Lambaian tangan Dhika terasa begitu dekat sehingga Anton pun bergegas menghampiri Dhika yang sudah menantinya di pintu gerbang rumahnya.
“Tumben kamu datang ke sini?” ucap Anton pada sahabatnya. Anton menyapa Dhika dengan gaya bicara yang khas. “Kemana aja sih kamu kok jarang main ke tempatku? Segitu sibuk kah kamu, Dhik? Sampai melupakan teman?” Anton melanjutkan. “Aduh bisa saja, Ton. Ya maklum sajalah punya temen super sibuk seperti aku, hehehe. Tugas skripsi yang belum selesai, Ton.” Balas Dhika. “Yasudah, Dhik. Ayo ke dalem dulu. Udah mau maghrib, ntar kesambet setan loh!” Canda Anton. “Ya biarin, Ton. Kan aku setannya” Tandas Dhika. Anton bergidik. “Ah bisa aja kamu, Dhik! Masa ada setan setampan kamu? Narsis ya kamu! Haha” imbuh Anton.
Kedua sahabat yang sudah lama jarang bertegur sapa itu akhirnya masuk ke dalam rumah. “Duduk dulu ya. Aku mau mengambil air buat kamu!” Ucap Anton. “Thanks, Bro! Gak usah repot-repot, kalo perlu sekalian aja keluarkan semua isi kulkas! Hihihi” Dhika mencoba bergurau. Anton meninggalkan Dhika dengan manyun.
Saat Anton sibuk mengambil botol air di dalam kulkas terdengar seperti suara jelas dalam kamar mandi. Seperti suara orang yang sedang menuangkan air ke dalam ember. Anton mencoba menutup pintu kulkas dan mulai melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. “Setauku mama dan papa sedang kondangan jauh dan gak mungkin jam segini sudah datang” Gumam Anton sambil berfikir siapa kira-kira orang yang berada dalam kamar mandi. Sambil mendekat Anton dipenuhi seribu rasa ingin tahu siapa sebenarnya yang berada di dalam sana. Mendadak Dhika menyapanya dari belakang. “Ada apa sih, Ton?” Celetuk Dhika. Anton kaget bukan kepalang. “Ah kamu, Dhik! Bikin aku jantungan aja!” Imbuh Anton. “Ngapain ke kamar mandi aja pake mengendap-endap gitu. Udah kayak maling aja!” Tandas Dhika. “Nggak tau nih kayaknya ada orang di dalam kamar mandi” Terang Anton. “Ah bisa aja kamu, Ton! Aku aja daritadi tidak mendengar apa-apa kok” Balas Dhika. Anton perlahan mendekatkan dirinya pada pintu kamar mandi lalu membuka pintu kamar mandi, ia menebarkan pandangannya. Tiada orang di kamar mandi. “Tuh kan bener! Tidak ada siapa-siapa!” Kata Dhika sambil mengajak Anton ke ruang tamu. Anton berjalan ke ruang tamu. “Dhik ini air minummu” Anton merasa heran. Ia tidak melihat Anton di belakangnya. Anton membalikkan badannya dan... “Dor! Hehehe kaget ya, Ton!” Dhika mencoba mengejutkan Anton. “Duh kamu ngagetin aja sih! Ilang kaya setan aja!” “Ihhh ada kok di ruang tamu hehe”
Akhirnya kedua sahabat karib itu tenang bersama dengan ketenangan siaran dari televisi. Karena merasa terlarut dalam siaran televisi, keduanya lalu bercerita tentang kehidupan masing-masing. Tanpa terasa waktu terus berlalu. Malam semakin larut. Dari kejauhan terdengar suara anjing melolong. Kedua sahabat itupun masih saling bercerita. Sesekali mereka bermain play station sampai puas dan menonton film action dengan menggunakan dvd player. Meja ruang tamu berantakan. Gelas, minuman, dan makanan ringan ada dimana-mana tetapi mereka tidak menghiraukan. Suara televisi terdengar jelas saat sedang ditayangkan konser dangdut dari saluran televisi swasta. Malam itu Anton sudah mengantuk sekali
“Dhik kamu nginep di rumahku saja ya! Kebetulan mama dan papaku pukangnya besok siang” Ujar Anton sambil memegang bahu Dhika. “Sekalian menemani kamu ya? Enak banget aku dijadikan satpam!” Canda Dhika sambil berjalan menuju kamar mandi. Saat langkah Dhika sudah tidak terdengar lagi, Anton segera meraih remote control televisi dan memutar gelombang channel lain. Matanya memelototi tayangan seputar breaking news di televisi.
“Selamat malam, Pemirsa! Berita kecelakaan hari ini, telah terjadi kecelakaan lalu lintas antara pengendara sepeda motor dan truck bermuatan pasir. Pengendara sepeda motor masuh ke dalam truck dan terlindas. Lalu tewas seketika. Setelah diidentivikasi, bahwa pengendara itu bernama .....” *tut* suara televisi yang dimatikan oleh Dhika. “Yaaaah kok dimatikan sih, Dhik! Aku penasaran siapa korbannya!” Tegur Anton dengan sedikit kecewa. “Aku paling takut jika mendengar berita tentang kecelakaan. Mendingan kita lihat berita yang lain saja. Beneran nih, aku phobia.” Ucap Dhika bersalah.
Udara di luar malam itu sangat terasa menusuk tulang. Meninggalkan tubuh yang bergetar di malam yang tak berbintang. Lolongan anjing dari kejauhan terus menyalak dan suara burung hantu semakin membahana. Kedua sahabat karib itupun bergegas untuk melanjutkan mimpi indah mereka. “Dhik tau nggak ini malam apa?” “Gak tahu, aku gapernah lihat tanggalan” Ucap Dhika. “Ini hari Kamis. Alias malam Jum’at” Tandas Anton. “Kamu jangan nakut-nakutin aku deh, Ton! Udah mendingan tebar selimut deh. Aku sudah tidak tahan.” Ucap Dhika sambil menggigil. Kedua sahabat itu telah berjalan menuju mimpi indah mereka tetapi masih saja ada percakapan diantara keduanya.
“Ton, kalau suatu saat aku mati, apa kamu mau nemenin aku?” Tanya Dhika perlahan. “Kamu ngomong apasih, Dhik! Udah kaya orang mati saja!” Ujar Anton sambil mengusap rambut sahabatnya. “Ya tanya aja. Mau tidak?” “Dih. Seneng dong aku kalau kamu mati! Hehehe” Gurau Anton. Dhika menutup selimutnya. Sepertinya ia telah terlelap. Beberapa saat suasana terdiam. Anton yang saat itu mulai menutup mata dan ingin berjalan di bawah alam bawah sadarnya. Sayup-sayup terdengar suara televisi yang masih menampakkan tanda kehidupan dengan mengeluarkan suara. Anton bergegas ke ruang tamu. “Perasaan tvnya tadi sudah ku matikan. Kenapa bisa nyala lagi?” Tanyanya penasaran. Ketika sampai di ruang tamu Anton segera mencari remote control dan berusaha mematikan televisi. “Kok dimatikan, Ton? Aku masih ingin melihat televisi nih!” Tiba-tiba Dhika sudah ada di ruang tamu sambil memegang kaleng berisi kue.
Anton tergidik kaget. “Kamu kok bisa ada disini? Tadi kan kamu tidur di kamar!” Anton penuh penasaran. “Hehe maaf Ton. Sebenarnya aku tadi belum tidur. Waktu kamu ke ruang tamu, aku ngikutin kamu! Emang gak berasa ya?” Timpal Dhika. “Duh bikin jantungan aja sih kamu!” Hentak Anton.
Saat mereka berbincang Anton kembali terpaku dengan berita kecelakaan. “Ini kan berita yang tadi belum rampung aku dengarkan!” Ucap Anton sambil memegang erat remote tv. Dari dalam tv terdenga berita “Selamat malam, Pemirsa! Berita kecelakaan hari ini, telah terjadi kecelakaan lalu lintas antara pengendara sepeda motor dengan truck bermuatan pasir. Pengendara sepeda motor masuk ke bawah truck dan terlindas lalu tewas seketika. Setelah diidentifikasi, pengendara itu bernama Andhika yang beralamat di jalan Petemon 2 Surabaya.” Suara tv membahana. “Kok namanya Andhika, pas banget dengan kamu, Dhik?” Tanya Anton. “Loh Dhik? Kamu dimana?” Anton menolehkan kepalanya namun Dhika sudah tak berada di sampingnya lagi.
Dengan langkah seribu Anton pergi ke kamar dan mendapatkan Dhika tertidur pulas. “Enak banget ya ninggal aku di ruang tamu!” Dhika tak bergeming sedikitpun. Anton mencoba membangunkan Dhika tetapi Dhika tetap saja terdiam. Saat Anton hendak membuka selimut Dhika, tiba-tiba “Ton aku mulai kedinginan nih” Ucap Dhika lirih yang terdengar dari mulut Dhika. “Dingin apaan! Acnya sudah aku matikan!” Balas Anton. “Dingin banget tau! Kepalaku berdarah, Ton. Sakit. Sakit banget...” Lirihan Dhika sambil menangis. “Kamu... kamu kenapa, Dhik?” Tanya Anton. “Kepalaku berdarah on, sakit banget. Rasanya mau pecah.” Imbuh Dhika sambil terus menutupi kepalanya dengan selimut. “Tadi perasaan kamu tidak kenapa kenapa?” Anton keheranan.
Saat Anton membuka selimut yang menutupi wajah Dhika, tiba-tiba listrik padam dan ruangan menjadi gelap gulita. Tak tampak seberkas cahayapun yang masuk ke kamar Anton. “Bentar ya, Dhik. Aku mau ke dapur megambil korek dan lilin.” Setelah mendapatkan lilin yang diterangi oleh seberkas cahaya yang menyembul dari korek, Anton mendapatkan Dhika tengah berbaring sambil memegangi kepalanya. “Kenapa sih kapalamu? Kenapa berdarah? Darahnya banyak banget!” Anton mulai panik. Anton mulai mendekatkan cahaya lilin ke kepala Dhika. Tampak jelas kepalanya yang penuh darah merah mengental, bola mata yang hampir copot ke luar tengkoraknya, bagian otaknyapun mulai terlihat dengan bintik putih cairan otak yang berdarah. Seketika Anton merinding dan terjatuh di tempat ia memapang kepala Dhika. Tubuhnya lemas tak berdaya.
Keesokan harinya Anton mendapatkan dirinya berada di rumah sakit dengan kepalanya yang terikat perban putih. Di sampingnya pun terlihat wajah ayah dan ibunya yang sangat cemas. Anton masih terdiam dengan kondisi lemah. Seketika Anton melihat berita kecelakaan pada sebuah koran. Ayahnya seakan dapat membaca pikiran anaknya, ia berkata “Ini berita kecelakaan, Ton. Si Dhika temen kamu itu, dia meninggal akibat kecelakaan kemarin sore. Tubuhnya terlindas mobil truck pasir. Jenazahnya akan dikebumikan di TPU Pondok Kelapa siang ini. Padahal dia anak yang baik, ya namanya juga takdir.”
Anton terdiam membisu dan mencoba mengingat peristiwa semalam ketika Dhika bersamanya. Detik jam berdetak seiring nadinya. Ada ratusan bahkan ribuan pertanyaan, rasa penasaran, serta rasa merinding menyelimuti fikiran Anton. Perasaannya berkecambuk. Angin perlahan menembus fikirannya, menyisakan sedikit hawa sejuk di kepalanya. Anton mulai menitikkan air matanya.









Surabaya, 14 Mei 2013
Penulis




Annisa Miftakhul Janna
X-6 / 07

Tidak ada komentar:

Posting Komentar