۩۞۩ سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩۞۩
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh..
|
Sahabat Penuh Misteri
Angin
kencang berhembus meliuk-liuk menerbangkan dedaunan dan ranting membuat
pohon-pohon menari-nari ke sana kemari. Daun jendela terbentur berulang-ulang.
Menyisakan suara yang kian berisik. Hari yang cerah untuk jiwa yang sepi. Anton
membiarkan lagu Peterpan mengalun pada langit di kala senja yang seakan
mewarnai kota. Hari ini memang nikmat dengan segelas kopi hangat. Di beranda
tua itu ia biarkan burung-burung bernyanyi, daun-daun menari. Anton samar-samar
melihat temannya, Dhika tengah menyapa dari kejauhan. Lambaian tangan Dhika
terasa begitu dekat sehingga Anton pun bergegas menghampiri Dhika yang sudah
menantinya di pintu gerbang rumahnya.
“Tumben
kamu datang ke sini?” ucap Anton pada sahabatnya. Anton menyapa Dhika dengan gaya
bicara yang khas. “Kemana aja sih kamu kok jarang main ke tempatku? Segitu
sibuk kah kamu, Dhik? Sampai melupakan teman?” Anton melanjutkan. “Aduh bisa
saja, Ton. Ya maklum sajalah punya temen super sibuk seperti aku, hehehe. Tugas
skripsi yang belum selesai, Ton.” Balas Dhika. “Yasudah, Dhik. Ayo ke dalem
dulu. Udah mau maghrib, ntar kesambet setan loh!” Canda Anton. “Ya biarin, Ton.
Kan aku setannya” Tandas Dhika. Anton bergidik. “Ah bisa aja kamu, Dhik! Masa
ada setan setampan kamu? Narsis ya kamu! Haha” imbuh Anton.
Kedua
sahabat yang sudah lama jarang bertegur sapa itu akhirnya masuk ke dalam rumah.
“Duduk dulu ya. Aku mau mengambil air buat kamu!” Ucap Anton. “Thanks, Bro! Gak
usah repot-repot, kalo perlu sekalian aja keluarkan semua isi kulkas! Hihihi”
Dhika mencoba bergurau. Anton meninggalkan Dhika dengan manyun.
Saat
Anton sibuk mengambil botol air di dalam kulkas terdengar seperti suara jelas
dalam kamar mandi. Seperti suara orang yang sedang menuangkan air ke dalam
ember. Anton mencoba menutup pintu kulkas dan mulai melangkahkan kakinya menuju
kamar mandi. “Setauku mama dan papa sedang kondangan jauh dan gak mungkin jam
segini sudah datang” Gumam Anton sambil berfikir siapa kira-kira orang yang
berada dalam kamar mandi. Sambil mendekat Anton dipenuhi seribu rasa ingin tahu
siapa sebenarnya yang berada di dalam sana. Mendadak Dhika menyapanya dari
belakang. “Ada apa sih, Ton?” Celetuk Dhika. Anton kaget bukan kepalang. “Ah
kamu, Dhik! Bikin aku jantungan aja!” Imbuh Anton. “Ngapain ke kamar mandi aja
pake mengendap-endap gitu. Udah kayak maling aja!” Tandas Dhika. “Nggak tau nih
kayaknya ada orang di dalam kamar mandi” Terang Anton. “Ah bisa aja kamu, Ton!
Aku aja daritadi tidak mendengar apa-apa kok” Balas Dhika. Anton perlahan
mendekatkan dirinya pada pintu kamar mandi lalu membuka pintu kamar mandi, ia
menebarkan pandangannya. Tiada orang di kamar mandi. “Tuh kan bener! Tidak ada
siapa-siapa!” Kata Dhika sambil mengajak Anton ke ruang tamu. Anton berjalan ke
ruang tamu. “Dhik ini air minummu” Anton merasa heran. Ia tidak melihat Anton
di belakangnya. Anton membalikkan badannya dan... “Dor! Hehehe kaget ya, Ton!”
Dhika mencoba mengejutkan Anton. “Duh kamu ngagetin aja sih! Ilang kaya setan
aja!” “Ihhh ada kok di ruang tamu hehe”
Akhirnya
kedua sahabat karib itu tenang bersama dengan ketenangan siaran dari televisi.
Karena merasa terlarut dalam siaran televisi, keduanya lalu bercerita tentang
kehidupan masing-masing. Tanpa terasa waktu terus berlalu. Malam semakin larut.
Dari kejauhan terdengar suara anjing melolong. Kedua sahabat itupun masih
saling bercerita. Sesekali mereka bermain play station sampai puas dan menonton
film action dengan menggunakan dvd player. Meja ruang tamu berantakan.
Gelas, minuman, dan makanan ringan ada dimana-mana tetapi mereka tidak
menghiraukan. Suara televisi terdengar jelas saat sedang ditayangkan konser
dangdut dari saluran televisi swasta. Malam itu Anton sudah mengantuk sekali
“Dhik
kamu nginep di rumahku saja ya! Kebetulan mama dan papaku pukangnya besok
siang” Ujar Anton sambil memegang bahu Dhika. “Sekalian menemani kamu ya? Enak
banget aku dijadikan satpam!” Canda Dhika sambil berjalan menuju kamar mandi.
Saat langkah Dhika sudah tidak terdengar lagi, Anton segera meraih remote control televisi dan memutar
gelombang channel lain. Matanya
memelototi tayangan seputar breaking news
di televisi.
“Selamat
malam, Pemirsa! Berita kecelakaan hari ini, telah terjadi kecelakaan lalu
lintas antara pengendara sepeda motor dan truck
bermuatan pasir. Pengendara sepeda motor masuh ke dalam truck dan terlindas.
Lalu tewas seketika. Setelah diidentivikasi, bahwa pengendara itu bernama
.....” *tut* suara televisi yang dimatikan oleh Dhika. “Yaaaah kok dimatikan
sih, Dhik! Aku penasaran siapa korbannya!” Tegur Anton dengan sedikit kecewa.
“Aku paling takut jika mendengar berita tentang kecelakaan. Mendingan kita
lihat berita yang lain saja. Beneran nih, aku phobia.” Ucap Dhika bersalah.
Udara
di luar malam itu sangat terasa menusuk tulang. Meninggalkan tubuh yang
bergetar di malam yang tak berbintang. Lolongan anjing dari kejauhan terus
menyalak dan suara burung hantu semakin membahana. Kedua sahabat karib itupun
bergegas untuk melanjutkan mimpi indah mereka. “Dhik tau nggak ini malam apa?”
“Gak tahu, aku gapernah lihat tanggalan” Ucap Dhika. “Ini hari Kamis. Alias
malam Jum’at” Tandas Anton. “Kamu jangan nakut-nakutin aku deh, Ton! Udah
mendingan tebar selimut deh. Aku sudah tidak tahan.” Ucap Dhika sambil
menggigil. Kedua sahabat itu telah berjalan menuju mimpi indah mereka tetapi masih
saja ada percakapan diantara keduanya.
“Ton,
kalau suatu saat aku mati, apa kamu mau nemenin aku?” Tanya Dhika perlahan.
“Kamu ngomong apasih, Dhik! Udah kaya orang mati saja!” Ujar Anton sambil
mengusap rambut sahabatnya. “Ya tanya aja. Mau tidak?” “Dih. Seneng dong aku
kalau kamu mati! Hehehe” Gurau Anton. Dhika menutup selimutnya. Sepertinya ia
telah terlelap. Beberapa saat suasana terdiam. Anton yang saat itu mulai
menutup mata dan ingin berjalan di bawah alam bawah sadarnya. Sayup-sayup
terdengar suara televisi yang masih menampakkan tanda kehidupan dengan
mengeluarkan suara. Anton bergegas ke ruang tamu. “Perasaan tvnya tadi sudah ku
matikan. Kenapa bisa nyala lagi?” Tanyanya penasaran. Ketika sampai di ruang
tamu Anton segera mencari remote control
dan berusaha mematikan televisi. “Kok dimatikan, Ton? Aku masih ingin melihat
televisi nih!” Tiba-tiba Dhika sudah ada di ruang tamu sambil memegang kaleng
berisi kue.
Anton
tergidik kaget. “Kamu kok bisa ada disini? Tadi kan kamu tidur di kamar!” Anton
penuh penasaran. “Hehe maaf Ton. Sebenarnya aku tadi belum tidur. Waktu kamu ke
ruang tamu, aku ngikutin kamu! Emang gak berasa ya?” Timpal Dhika. “Duh bikin
jantungan aja sih kamu!” Hentak Anton.
Saat
mereka berbincang Anton kembali terpaku dengan berita kecelakaan. “Ini kan
berita yang tadi belum rampung aku dengarkan!” Ucap Anton sambil memegang erat remote tv. Dari dalam tv terdenga berita
“Selamat malam, Pemirsa! Berita kecelakaan hari ini, telah terjadi kecelakaan
lalu lintas antara pengendara sepeda motor dengan truck bermuatan pasir. Pengendara sepeda motor masuk ke bawah truck
dan terlindas lalu tewas seketika. Setelah diidentifikasi, pengendara itu
bernama Andhika yang beralamat di jalan Petemon 2 Surabaya.” Suara tv
membahana. “Kok namanya Andhika, pas banget dengan kamu, Dhik?” Tanya Anton.
“Loh Dhik? Kamu dimana?” Anton menolehkan kepalanya namun Dhika sudah tak
berada di sampingnya lagi.
Dengan
langkah seribu Anton pergi ke kamar dan mendapatkan Dhika tertidur pulas. “Enak
banget ya ninggal aku di ruang tamu!” Dhika tak bergeming sedikitpun. Anton
mencoba membangunkan Dhika tetapi Dhika tetap saja terdiam. Saat Anton hendak
membuka selimut Dhika, tiba-tiba “Ton aku mulai kedinginan nih” Ucap Dhika
lirih yang terdengar dari mulut Dhika. “Dingin apaan! Acnya sudah aku matikan!”
Balas Anton. “Dingin banget tau! Kepalaku berdarah, Ton. Sakit. Sakit banget...”
Lirihan Dhika sambil menangis. “Kamu... kamu kenapa, Dhik?” Tanya Anton.
“Kepalaku berdarah on, sakit banget. Rasanya mau pecah.” Imbuh Dhika sambil
terus menutupi kepalanya dengan selimut. “Tadi perasaan kamu tidak kenapa
kenapa?” Anton keheranan.
Saat
Anton membuka selimut yang menutupi wajah Dhika, tiba-tiba listrik padam dan
ruangan menjadi gelap gulita. Tak tampak seberkas cahayapun yang masuk ke kamar
Anton. “Bentar ya, Dhik. Aku mau ke dapur megambil korek dan lilin.” Setelah
mendapatkan lilin yang diterangi oleh seberkas cahaya yang menyembul dari
korek, Anton mendapatkan Dhika tengah berbaring sambil memegangi kepalanya.
“Kenapa sih kapalamu? Kenapa berdarah? Darahnya banyak banget!” Anton mulai
panik. Anton mulai mendekatkan cahaya lilin ke kepala Dhika. Tampak jelas
kepalanya yang penuh darah merah mengental, bola mata yang hampir copot ke luar
tengkoraknya, bagian otaknyapun mulai terlihat dengan bintik putih cairan otak
yang berdarah. Seketika Anton merinding dan terjatuh di tempat ia memapang
kepala Dhika. Tubuhnya lemas tak berdaya.
Keesokan
harinya Anton mendapatkan dirinya berada di rumah sakit dengan kepalanya yang
terikat perban putih. Di sampingnya pun terlihat wajah ayah dan ibunya yang
sangat cemas. Anton masih terdiam dengan kondisi lemah. Seketika Anton melihat
berita kecelakaan pada sebuah koran. Ayahnya seakan dapat membaca pikiran
anaknya, ia berkata “Ini berita kecelakaan, Ton. Si Dhika temen kamu itu, dia
meninggal akibat kecelakaan kemarin sore. Tubuhnya terlindas mobil truck pasir. Jenazahnya akan dikebumikan
di TPU Pondok Kelapa siang ini. Padahal dia anak yang baik, ya namanya juga
takdir.”
Anton
terdiam membisu dan mencoba mengingat peristiwa semalam ketika Dhika
bersamanya. Detik jam berdetak seiring nadinya. Ada ratusan bahkan ribuan
pertanyaan, rasa penasaran, serta rasa merinding menyelimuti fikiran Anton.
Perasaannya berkecambuk. Angin perlahan menembus fikirannya, menyisakan sedikit
hawa sejuk di kepalanya. Anton mulai menitikkan air matanya.
Surabaya,
14 Mei 2013
Penulis
Annisa
Miftakhul Janna
X-6
/ 07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar