۩۞۩ سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۩۞۩
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh..
|
Di ujung malam seperti ini, perempuan pada umumnya sudah berada di tempat tidur. Menarik selimutnya sampai menutup bahu untuk menghindari dingin malam yang mencekam atau dinginnya pendingin ruangan kamar. Ini salahku jika sampai saat ini aku belum terpejam, aku selalu sulit mencari kantuk. Entah mengapa sulitnya mencari kantuk sama seperti sulitnya memahami keinginanmu.
Saat menulis ini, aku ingat saat aku memerhatikan isi kicauanmu bersama seseorang yang tak kukenal. Seseorang yang tampak mesra denganmu, dalam tutur kata, entah dalam dunia nyata. Aku menebak-nebak dan karena teka-teki itulah aku jadi terluka parah. Seharusnya tak perlu kuikuti rasa keingintahuanku. Tak perlu lagi kucari-cari kabarmu dari sudut dunia maya itu, tempat segala kemesraan bisa terjalin tanpa kutahu; apakah itu nyata atau drama belaka.
Kamu ingin tahu kabarku? Sampai saat ini, aku masih sering merindukanmu, dan rasa itu hanya terobati dengan melihat isi timeline waktu akun Twitter-mu, rasa rindu yang terobati hanya dengan melihat percakapan kita satu tahun yang lalu; saat aku dan kamu terjaga dalam tidur, detik-detik terakhir menjelang hari Raya Idul Fitri umat Islam. Kamu telah menjelma secara magis dalam setiap tulisanku.
Dalam keadaan flu dan batuk berat seperti saat ini, aku teringat saat kita bertemu di uks, saat kita berpapasan tetapi tidak saling bertegur sapa, saat pesan singkatmu muncul dalam layar handphoneku, ucapan semangat yang kau berikan menjelang olimpiade Kimiaku 1 April 2014 lalu dan tawaran oleh-oleh darimu yang sedang berkelana ke kota Djogjakarta, saat kau memberikanku sekotak Bakpia dengan berbagai rasa dari kota Djogja dan mengiringi kepergianku untuk pergi sekolah impianku dulu, SMA NEGERI 5 SURABAYA untuk bersaing dalam OSN bermapel Kimia. Rasanya waktu berjalan begitu cepat. Sekarang kita jauh. Aku tak bisa lupa mata itu, mata yang pertama kali menarikku ke dalam jurang sedalam ini. Oleh sebab itu apabila aku melihat matamu, aku tak memberanikan diri untuk menatapnya berlama-lama.
Hampir setiap malam atau bahkan setiap saat, aku masih sering merindukanmu. Bahkan di tengah tugas yang berserakan, tulisan berceceran, dan puisi-puisi yang tak selesai ini; aku masih sempat memikirkanmu. Mataku yang berkunang-kunang, suara pendingin ruangan yang menambah kesan sunyi..
Hari ini aku tidak melihat kamu, tidak menikmati mata sipitmu, rambut ikalmu, dan hidungmu yang terlihat mancung setiap aku membenamkan tatapan di wajahmu. Hari ini, seperti biasa, aku pergi ke tempat kita menimba ilmu, tempatmu dan tempatku berdiam dan belajar. Tapi tidak lagi bagimu... Karena kau akan pergi meninggalkan tempat ini. Menuju tempat masa depanmu. Ah, Tuan, sudah dua tahun aku di sini. Setahun lalu aku mengagumimu dari jarak yang sangat jauh, sampai sekarang aku tak berani menyapamu.
Aku merindukan itu, merindukan saat aku bisa berbicara denganmu malu-malu di sudut ruang kecil tempat dimana anak yang sakit bisa beristirahat. Hal-hal yang terjadi saat itu hanya bisa dikembalikan oleh mesin waktu. Tetapi aku tak punya mesin waktu. Berarti, aku tak dapat mengembalikanmu seperti dulu.
Kamu harus tahu, Tuan, setiap kita berjumpa secara tak sengaja, rasanya aku hanya ingin terus menatap wajahmu dan kamu tidak pernah pergi lagi. Aku hanya ingin waktu berhenti. Mungkin, kamu tertawa geli, gadis lugu ini benar-benar tak tahu diri. Tak menyadari kamu hanya akan abadi dalam mimpi.
Bolehkah aku meramalkan masa depan perasaanku kelak padamu? Setelah lulus nanti, kau akan pergi ke tempat masa depanmu ke jenjang yang lebih tinggi dibanding SMA, kau sibuk dengan skripsimu, setelah lulus kuliah nanti kamu akan bekerja, dan menghabiskan sisa umurmu bersama pilihanmu. Aku yang tertinggal di sini, hanya bisa melanjutkan petualanganku sendirian. Hanya bisa berjalan di gedung sekolah sambil mengenang kamu yang tertawa manis. Aku tentu hanya bisa melewati kantin dan mengingat kamu yang pernah makan dan bercanda tawa di situ. Aku hanya bisa menghidupkan kembali khayalku saat kita berpapasan di depan tempat parkir kala itu, aku kuliah, sibuk dengan skripsiku, bekerja, dan....sendirian....andai kautahu bagaimana perasaanku; tapi siapa aku di matamu? Hahaha, hanya gadis tak tahu diri.
Wahai, Tuan Petualangku, aku tidak seberani itu. Aku hanya bisa mencari kabarmu dari Twitter, mencuri keindahanmu dari akun Facebook, dan diam-diam melihat aktivitasmu melalui ask.fm. Ah, iya, aku pengecut, kamu boleh menertawakan perasaanku dan mencaciku dengan makian paling tolol.
Sayangnya, aku menulis ini sambil mendengar lagu ciptaan Maudy Ayunda berjudul Kusimpan dalam Mimpi. Selera musikku mungkin berbeda dengan pria sepertimu. Namun lagu ini membisikkan banyak hal yang kurasakan, tentang gadis yang tak pernah meminta untuk dibalas perasaannya, tentang seseorang yang hanya bisa melihat dan memandang namun enggan mengajak bicara, atau tentang aku yang diam-diam mencintai sosokmu? Dalam lagu ini, nampak jelas ada seseorang yang jadi bodoh, alay, tolol, hanya karena ia jatuh cinta. Aku sedang dalam fase itu dan jika suatu hari nanti kau membaca ini (kuyakin tak akan pernah kau baca juga), pasti kamu ingin bilang aku ini gila, kelewat batas. Asal kau tahu, aku tak pernah meminta pada Tuhan untuk menurunkan perasaan ini. Ada suatu rahasia yang masih Tuhan simpan. Rahasia yang terlalu abu-abu untuk kujalani.
Aku punya banyak mimpi, salah satunya bisa merasakan matahari senja yang terbenam di seluruh pantai yang terletak di Indonesia. Kamu ingin tahu alasannya? Aku ini gadis lemah. Aku mungkin anak pecinta alam, tetapi mungkin itu hanya cap-capan saja. Karena sesungguhnya aku memanglah lemah. Jangan ajak aku naik gunung, aku bisa hipotermia dan mati karena dinginnya sikapmu. Aku lebih suka pantai, aku suka pasir, aku suka angin, aku suka air, aku suka suara gelombang, dan aku suka mentari senja.
Oke, lupakan saja khayalan yang tak akan pernah terkabul itu. Tapi, sungguh, aku ingin beneran banget, lho, main ke pantai sama kamu. Kita menghilang bersama, melarikan diri bersama, dan mencari jalan pulang bersama. Lupakan saja......ini hanya tulisan yang sederhana. Yang biasa saja. Yang mungkin tak akan pernah kau baca.
Aku tahu Tuhan pasti punya rencana terbaik dan aku tak menyesali semua. Aku tak pernah meminta dan memohon agar aku mencintaimu, perasaan ini datang tanpa kumau, dan aku tak punya kuasa untuk menolak.
Dariku
Yang aneh dan tolol di hadapanmu
Yang tak tahu diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar